Candi Cetho: Jejak Spiritualitas di Lereng Gunung Lawu
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan peninggalan sejarah dan budaya, salah satunya adalah Candi Cetho yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini merupakan salah satu peninggalan agama Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-15, menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Arsitektur yang Unik dan Sarat Makna
Tidak seperti candi-candi Hindu lainnya yang berada di dataran rendah, Candi Cetho berdiri kokoh di ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut. Letaknya yang berada di pegunungan menjadikan candi ini memiliki suasana yang tenang, sejuk, dan cenderung mistis. Arsitekturnya sangat unik karena mengadopsi sistem berundak (terasering), mirip dengan struktur pura di Bali. Ini menunjukkan adanya pengaruh budaya lokal yang kuat, terutama dari masyarakat Hindu-Budha yang hidup berdampingan dengan adat Jawa kala itu.
Candi ini terdiri dari beberapa tingkatan yang masing-masing memiliki makna simbolis, menggambarkan tahapan spiritual menuju kesucian atau pencerahan. Di setiap pelataran, pengunjung akan menemukan arca, relief, dan simbol-simbol yang sarat akan nilai filosofis, seperti simbol lingga-yoni, kura-kura, serta berbagai ukiran yang menggambarkan ajaran moral dan kosmologi Hindu.
Fungsi Religius dan Nilai Budaya
Candi Cetho bukan hanya menjadi objek wisata sejarah, tetapi juga masih digunakan sebagai tempat ibadah oleh umat Hindu, terutama pada hari-hari besar keagamaan. Ini menjadikan Candi Cetho sebagai situs hidup yang menyatukan dimensi spiritual, historis, dan budaya dalam satu kesatuan.
Selain itu, candi ini sering dikunjungi oleh mereka yang melakukan tapa atau ritual spiritual. Masyarakat setempat pun masih melestarikan tradisi-tradisi adat yang berkaitan dengan keberadaan candi, seperti upacara sesaji, pembersihan candi, dan ritual tertentu yang bersifat turun-temurun.
Menjaga Warisan Leluhur
Sayangnya, meskipun memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi, Candi Cetho belum mendapatkan perhatian sebesar candi-candi besar seperti Borobudur atau Prambanan. Padahal, potensinya sebagai objek wisata budaya dan spiritual sangat besar. Perlu adanya kerja sama antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan pihak swasta untuk menjaga dan mempromosikan Candi Cetho secara berkelanjutan.
Pendidikan tentang sejarah lokal dan kesadaran budaya juga penting agar generasi muda tidak kehilangan jati diri dan bisa menghargai warisan leluhur mereka.