Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia baru saja selesai. Beragam cara dilakukan oleh warga masyarakat untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan ini. Mulai dari memasang bendera, upacara, hingga bermacam perlombaan.
Kemeriahan tersebut sebagai ekspresi dan wujud syukur kepada Tuhan atas berkah kemerdekaan. Selain itu, juga sebagai wujud penghargaan dan penghormatan kepada para pahlawan yang sangat berjasa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Setiap sudut ruang publik dihiasi dengan beragam pernik berwarna merah dan putih. Warna yang melambangkan bendera Indonesia. Mulai dari pusat kota hingga ke pelosok desa. Merah dan putih berkibar di pegunungan, pesawahan, pesisir pantai, hingga bawah lautan.
Sebagai ekspresi kebahagiaan, sebagian warga merayakan kegembiraan ini dengan pertandingan dan perlombaan. Ada pertandingan olahraga seperti sepakbola, voli, hingga tarik-tambang. Ada perlombaan seperti gerak jalan, balap karung, makan kerupuk, hingga panjat pinang.
Pertandingan dan perlombaan dalam rangka memeriahkan peringatan hari kemerdekaan ini berjalan dengan meriah. Warga masyarakat larut dalam kegembiraan. Puncaknya, pembagian hadiah para juara dan pembagian door prize. Pastinya disertai dengan hiburan berupa pentas musik.
Karena seluruh rangkaian acara yang digelar ini dalam rangka memeriahkan, mestinya berjalan dengan meriah, penuh suka cita, dan enjoy semua. Namun pada lokasi tertentu, kadang diwarnai dengan perselisihan, perseteruan, bahkan memuncak hingga ke polemik dan konflik.
Misalnya dalam gelaran pertandingan sepakbola antar rukun tetangga atau RT, atau antar kampung. Pertandingan yang mestinya berlangsung dalam suasana kemerdekaan yang sarat dengan kegembiraan, dicederai dengan tawuran antar pemain, antar penonton, antar kampung. Ya, tarkam.
Walau sama-sama berbentuk pertandingan, pertandingan dalam rangka memeriahkan mestinya berbeda dengan pertandingan yang digelar dalam acara kompetisi, kejuaraan, atau open tournament. Mesti lebih enjoy, lebih guyub, lebih seru, dalam bingkai semangat kemerdekaan.
Aura kompetisinya tidak sekeras pertandingan dalam sebuah kejuaraan. Yang menang gembira dan yang kalah tetap ceria. Jadi, tak perlu terjadi polemik, konflik, tawuran, hingga kerusuhan, perang antar kampung gegara pertandingan dalam suasana memeriahkan kemerdekaan.
Perlombaan dalam suasana kemerdekaan ini juga sarat dengan keceriaan, kegembiraan, yang diekspresikan dalam perlombaan yang terkesan konyol-konyolan. Misalnya, lomba makan kerupuk, balap karung, merias wajah, rebutan kursi, menggendong pasangan, hingga sepakbola berdaster.
Peserta perlombaan ini bukan semata untuk dan ingin menjadi juara dan mendapatkan hadiah. Tapi lebih pada keinginan untuk turut merayakan kegembiraan. Peserta tampil dengan lucu. Penonton tertawa dan terbahak bersama. Semua larut dalam kegembiraan.