Keduanya kembali pulang dengan wajah tersungut-sungut. Dinikahkan oleh tetua adat kampung karena takut terkena sial. Keluarga besar Basit tak ada yang simpati, mereka menganggap Nurma mencoreng nama baik keluarga. Nurma dilepas begitu saja, bahkan saat mengandung ia dibiarkan mencari kayu bakar sendiri.
Sesekali ia duduk beristirahat diatas tanah tumbuh, sebongkah tanah baru yang menyembul naik lebih tinggi dari permukaan tanah. Ia terlihat lelah saat menegak air dalam botol yang telah disiapkan dari rumah.
Padahal sebenarnya ia sendiri sudah mengetahui, tanah tumbuh adalah salah satu tempat yang dilarang untuk didekati. Bahkan melewatinya saja ditakutkan oleh orang-orang kampung.
Mungkin Nurma berpikir sebagaimana perempuan modern yang tidak mempercayai larangan orang-orang tua kebanyakan, semacam mitos turun temurun yang masih diragukan kebenarannya.
Sampai tulisan ini dibaca, cerita inilah satu-satunya sumber yang dipercaya oleh warga kampung tentang sebab Pekyu yang berbeda. Mereka tidak mengetahui, Pian, dukun sakti itu sangat menyukai Nurma. Dialah mengacak-acak benih yang ditanamkan Ripin dalam rahim Nurma saat mereka melakukan perjalanan pulang ke dusun Penyengat Rendah.