Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Dilarang Pakai Daster ke Toko?

14 Juni 2019   13:09 Diperbarui: 14 Juni 2019   14:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hallo,

Kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya sebagai orang yang konsumtif.  Beberapa tahun yang lalu saya pernah merasa diremehkan dan dilecehkan oleh karyawan sebuah toko baju.  Saat itu saya habis bayar tagihan listrik di sebuah bank dengan ibu saya.  Tempat membayar listrik berada di bagian belakang bangunan utama bank yang berisi teller dan customer service, di bawah pohon beringin.

Karena merasa hanya akan pergi ketemu pohon beringin, membuat saya dan ibu malas kalau harus ganti baju atau berdandan.  Jadi kami hanya menggunakan daster untuk bayar listrik.  Tidak jauh dari tempat bayar listrik, ada sebuah toko yang menjual batik dan baju lainnya.  Saya senang dengan toko itu karena dekat dari rumah dan model baju yang dijual tidak aneh-aneh dan masih sangat memungkinkan untuk saya pakai.  Saya dan ibu iseng mampir kesana.

Saya dan ibu masuk ke bagian batik.  Setelah memilih, saya tertarik dengan sebuah baju, model dan coraknya saya suka.  Tapi saya kurang suka warnanya, kalau tidak salah ingat baju itu warna ungu terong.  Saya akan auto buluk kalau menggunakan warna itu, langsung burem.  Sudah kulit saya sawo kematengan, pake baju ungu, nanti wujud saya jadi makin ga keruan.  Saya lalu tanya ke penjaga toko stok warna lain, "Mbak, ini warna lain apa?" Ada yang tahu dia jawab apa?

Dia jawab, "Oh, itu batik tulis kak."  Anda merasa jawabannya ga nyambung? Iya memang.  Jawabannya memang seperti itu.  Saya saat mendengar itu merasa aneh, kalau ibu saya jadi tersinggung dan ngajak pulang. Gimana ga tersinggung, mentang-mentang kami cuma pakai daster dikira kami ga sanggup bayar baju yang dia jagain.  Saya langsung lihat label harga, emang berapa sih batik tulismu? Harganya 600ribu.  Untuk ukuran batik tulis, itu masih murah.  Batik yang lebih bagus harganya jauh lebih mahal.  Memangnya saya sebegitu bodohnya sampai ga bisa bedain batik bagus dan batik biasa aja?

Di lain kesempatan dan tempat yang berbeda ibu saya pernah diperlakukan mirip.  Ibu saya tertarik pada suatu baju dan menanyakan stok ukuran, "Mbak, ini paling gede ukuran apa?" Penjaga jawab, "Oh, yang itu 300ribu loh bu." Saat itu ibu saya memang hanya mampir sebelum ke supermarket, jadi pastinya tidak pakai daster, tapi kenapa selalu dijawab dengan bau-bau harga begitu ya?

Saya dan keluarga memang bukan orang kaya, tapi saya selalu tersinggung kalau saya dibilang ga punya uang.  Saya juga tahu diri kalau sekiranya di sebuah toko barangnya mahal semua, dan saya tidak sanggup bayar, saya ga akan masuk dan nanya-nanya stok.  Kalau saya tanya warna, ukuran, itu berarti saya mampu bayar bahkan tanpa harus melihat price tag-nya.  Wahai pemilik toko yang budiman, sekaya apapun anda saat ini, selaris apapun dagangan anda saat ini, semua karena masih ada orang-orang yang karyawan anda pikir gembel seperti saya ini.  Hanya wajah polos tak berduit seperti saya yang masih mau masuk ke toko anda.  Orang yang jauh lebih kaya males beli barang dagangan kalian, kurang mahal, ga presticious.

Di beberapa toko yang lain, kadang ada penjaga yang hanya berdiri di pojokan, saat ada orang datang dan milih-milih, dia jadi kaya intel yang bertugas ngikutin kemanapun pengunjung jalan.  Mereka memang agak jauh, jarak 2-3 meter, tapi tetap saja mengganggu.  Seolah saya mau ngutil.  Kalau sudah begitu, saya langsung pergi karena merasa terganggu dan dicurigai mau nyuri.  Saya paham kalau memang tugas mereka mengawasi barang dagangan, tapi bukan berarti setiap langkah pengunjung harus diikuti kan? Kalian ada CCTV, metal detector di depan toko, itu sudah sangat membantu mengurangi pencurian.  Jangan ngintilin saya lah. 

Kalau mau, silakan tanya saya mau cari barang apa, tapi tolong gunakan "Ada yang bisa dibantu?" jangan menggunakan "Mari silakan, cari apa?" Dua kalimat tadi memiliki makna yang sama, tapi kalimat pertama kesannya lebih baik karena tugas pemilik dan semua karyawannya adalah membantu calon pembeli.  Kalau dengan kalimat kedua, ada kesan kalo lu ga beli, sono jauh-jauh dari toko gue.  Padahal setahu saya ada istilah pembeli adalah raja.  Namanya juga raja, harus dilayani dong.  Kan raja, harus sopan dong, jangan nyinyir, jangan underestimate dong.

Saya mewakili kaum pembeli sekaligus raja tidak minta kalian wahai rakyat jelata untuk menyambut kami secara mevvah, gelar karpet merah, ga. Sama sekali tidak.  Cukup dengan jangan ngintilin kami waktu lagi milih, jangan nyinyir sama penampilan kami, jawab pertanyaan kami dengan benar, jangan melenceng.  Belum tentu yang dandan biasa ga punya uang dan yang dandan menor lebih kaya.  Untuk pemilik usaha, saat kalian rekrut karyawan baru, tolong diajarin itu karyawan hospitality yang baik.  Jangan asal rajin, ulet, tekun, mampu bekerja di bawah tekanan, langsung kalian terima.  Kadang mereka tidak tahu cara berlaku sopan di depan Raja.  Bye!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun