Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dendam Berdarah Menyambut Desember

20 Desember 2021   19:47 Diperbarui: 20 Desember 2021   20:17 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia lupa, kini tapak sepatunya telah basah karena darah. Ia pun kembali menyimpan sigaretnya. Kemudian duduk di ranjang yang tak lagi beralaskan sprei bekas kotoran hina para bandit itu. Ia duduk dengan tenang di sana, memandang si pirang yang masih telanjang dengan ketakutan. Kemudian Brown Tua kaget, bandit pirang itu tiba-tiba tersungkur memeluk lututnya.

"Lepaskan, haram jadah!" Brown sedikit memberontak, yang disambut dengan sebuah pengakuan yang terucap dengan isak tangis:

"Aku melakukannya, aku yang melakukannya, aku yang menghinakan anak perempuanmu." Si pirang menangis. "Aku benar-benar minta maaf, aku akan bertanggung jawab. Apa pun itu. Asal tolong, aku tak ingin mati..."

Di matanya terpampang secercah harapan untuk hidup, dan mata itu membuat Brown Tua naik pitam. Lantas menyimpan revolver, dan mencekiknya dengan keras hingga tubunya terjepit di tembok. 

Namun sayang, Yesus di lehernya tak mengizinkan Brown Tua membunuh orang yang sudah mengakui kesalahannya dan yang memohon ampun. Tiba-tiba datang sekawanan bandit tertawa-tawa, dengan sempoyongan dan babak belur.

"Hei, Blondie, di mana pelacur itu?"

Tapi senyam-senyum penuh alkohol itu tak bertahan lama. Mereka langsung menemukan dua tubuh bergelimang darah terkapar di lantai. Sialnya, mereka melihat Brown Tua seperti hendak memperkosa Blondie yang sudah terjepit di tembok kamar dengan telanjang. Dengan segera, segerombolan kawan itu mengumpat, satu orang berlari ke arah tangga.

"Seorang tua bangka memperkosa teman kami!!!" teriaknya.

Brown Tua yang tak mengharapkan kedatangan mereka, langsung disambut dengan todongan-todongan revolver. Dan satu orang di antaranya, berlari hendak menusuk Tuan Brown dengan pisau. Tuan Brown dengan sigap melompat ke jendela. Terkutuknya Brown Tua, pisau itu berhasil merobek sedikit perutnya. Ia terjatuh ke tanah dengan keras, dengan luka beling dan pisau di perut. 

Dua orang yang tengah bersantai dengan tequila di depan saloon tadi, terperanjat, lantas terheran-heran ketika melihat jendela yang telah pecah di lantai atas, telah ada dua wajah sedang celingak-celinguk mencari Brown Tua yang menderita. Ia merasa ada tulang yang pantah di punggungnya. Ia berjalan dengan terpincang ke arah kudanya.

Tak berselang lama kemudian, hiru pikuk kegaduhan kini tergantikan dengan umpatan yang serempak. Saat orang-orang keluar dari saloon, Brown sudah melaju dengan kudanya cukup jauh. Tapi orang-orang itu tak peduli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun