Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sebuah Album yang Dewasa dari Arctic Monkeys yang Sudah Dewasa

14 Juli 2021   20:15 Diperbarui: 14 Juli 2021   20:23 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Orang bilang, penggemar Arctic Monkeys terbagi ke dalam dua kelompok, mereka yang membenci album Tranquillity Base Hotel & Casino dan dia yang mencintainya hingga terobsesi terhadap album itu. 

Keduanya tidak ada yang salah, tidak ada album yang sempurna. Tetapi dengan sangat bangga saya katakan bahwa album yang dirilis pada 2018 silam ini adalah sebuah mahakarya dari mereka. 

Jujur saja, saya sebagai penggemar lagu-lagu mereka merasakan kekecewaan yang cukup mendalam awal mulanya ketika saya mengetahui album ini sangat jauh di luar ekspektasi saya yang sudah lama menantikan album terbaru mereka semenjak mereka memutuskan hiatus di tahun 2014. 

Album ini adalah album eksperimental yang paling eksperimental yang pernah mereka lakukan. Tak dapat dipungkiri, tiap album baru dari Arctic Monkeys selalu seperti sebuah upaya penciptaan album yang berbeda. Namun album ini adalah 'sesuatu' buat saya.

Tranquility Base Hotel & Casino adalah album studio keenam oleh band rock Inggris Arctic Monkeys, dirilis pada 11 Mei 2018 oleh Domino Recording Company. Penulisan album ini dimulai ketika Alex Turner pada tahun 2016, memainkan piano Steinway Vertegrand di rumahnya di Los Angeles.

Album ini menampilkan suara yang sangat kaya, memadukan elemen jazz dengan pop psikedelik, pop lounge, pop luar angkasa, dan glam rock. Konten liriknya banyak merujuk kepada fiksi ilmiah dan film, mengeksplorasi konsumerisme, politik, agama dan teknologi melalui konsep sebuat resor (hotel dan kasino) mewah di bulan yang diceritakan dari perspektif berbagai karakter, salah satunya seperti penyanyi di band in-house (band yang mengisi program hiburan di televisi atau radio, klub malam, terutama klub jazz dan R&B) di 'Star Treatment'.

Alex Turner sendiri yang mendesain sampul album ini. Ia menggambarkan sebuat resor dengan potongan karton dan tape recorder. Judulnya mengacu pada Tranquility Base, situs pendaratan Apollo 11 Moon 1969. Tranquility Base Hotel & Casino berangkat dari karya AM yang menjadi bintang utamanya adalah riff gitar, dipadukan dengan penggunaan piano oleh Turner. Menjadikan sebuah album yang memadukan psychedelic pop, lounge pop, space pop, dan glam rock dengan pengaruh dari jazz, serta soul dan soundtrack-soundtrack film di tahun 1960-an.

'Star Treatment' sebagai lagu pembuka yang memukau. Bagaikan dalam sebuah hotel, 'Star Treatment' adalah sesosok yang sempurna ditempatkan di balik meja resepsionis . Walaupun faktanya bukan lagu ini yang membuat saya jatuh hati, melainkan 'American Sport'. 

Awal mulanya saya berpikir instrumental 'Star Treatment' diambil dari musik elevator yang sering diputar di mall-mall atau pesawat sebelum lepas landas. 

Terlebih pada bagian chorus, yang terdengar seperti pengumuman di bandara, pusat perbelanjaan, ataupun stasiun. Sedangkan lirik yang diceritakan, tampaknya Alex Turner (empunya ide di balik album ini) sedang mengalami midlife crisis di usianya 32 tahun kala itu.

Hal ini tampaknya dimulai semenjak band ini melakukan tur album AM yang sangat panjang dan melelahkan hingga mereka memutuskan hiatus, dan sejak saat itulah frontman mereka, Alex Turner mengalami perubahan sikap. Terlihat bagaimana ia di atas panggung saat tur album Everything You've Come to Expect dengan Miles Kane dalam band The Last Shadow Puppet. 

Iia seperti kehilangan aura kejantanannya yang sudah dibangunnya dari era Suck It and See dan AM, ataukah ia hanya ingin tampil apa adanya, menunjukkan jati diri yang sebenarnya. 

Hingga kini Alex Turner lebih mirip seorang duda ketimbang seorang rockstar. Apakah yang dialaminya sama seperti yang dialami oleh David Bowie? Kehilangan jati diri, namun entahlah, mungkin ia hanya ingin menjadi salah satu anggota The Strokes (salah satu penggalan lirik dalam Star Treatment).

Mengenai mid-life crisis, tampaknya benar. Dapat dilihat dari bagaimana ia menulis lirik dalam 'Star Treatment', yang membahas mengenai harapan, masa muda yang telah lewat, dan cinta.

Secara umum, album ini bagaikan sebuah pelampiasan atau curhatan hati dari Turner sendiri. Begitu kelihatan dari lirik-lirik yang ada, begitu jelas bahwa Alex Turner berupaya membicarakan tentang kegelisahan yang ia rasakan di masa-masa 'mid-life crisis'-nya, membahas masa lalu, kehidupan, agama, teknologi, ekonomi hingga politik. Pembahasan yang jauh sekali dari sebelum-sebelumnya, yang melulu membahas cinta, party, sex, perempuan, dan lain semacamnya.

Setelah AM yang sukses besar di tahun 2013, Turner sekarang menulis lirik dengan idiom yang baru, menukar lelucon yang jenaka dengan sebuah keramahan tamahan yang sedikit absurd: My virtual reality mask is stuck on 'Parliament Brawl'. Emergency battery pack, just in time for my weekly chat with God on video call (American Sports).

 "Take it easy for a little while. Come and stay with us. It's such an easy flight," penggalan dalam lagu 'Four Out of Five' Alex Turner berupaya memposisikan dirinya sebagai seorang marketing resor sambil sesekali menyentil pendengar dengan marketing manipulatif yang banyak terjadi di sekitar kita. 

Lagu ini menjelaskan banyak hal yang bersifat fiktif tentang resor 'TBHC', sesuatu yang terdengar mengerikan justru sebuah pemandangan yang indah, "Look, you could meet someone you like during the meteor strike. It is that easy."

Pada 'American Sports', Turner menggunakan metafora dystopian (membayangkan masyarakat di mana tren politik dan sosial saat ini dibawa ke ranah ekstrim untuk menciptakan dunia yang jauh lebih gelap) berlebihan untuk menggambarkan masalah kontemporer seperti runtuhnya kesopanan dan ketergantungan masyarakat yang berlebihan pada teknologi. 

Lagu ini yang membuat saya jatuh hati pada album ini, entah kenapa semua yang ada pada lagu ini cocok sekali, seakan-akan lagu ini tercipta dengan sangat natural. 

Lagu ini kedengaran gelap untuk sebuah dunia fiktif yang indah seperti yang dijelaskan pada lagu 'Four Out of Five', terlebih Turner lebih cocok dikatakan sedang berbicara ketimbang bernyanyi di sini. 

'American Sport' yang sejatinya paling mendefinisikan tema dari album ini dari segi suara menurut saya. Di mana banyak terdengar sound-sound luar angkasa yang terdengar redup di belakang iringan piano, drum, bass, dan gitar.

Sebuah sejarah tercipta pada 25 Maret 2017 di Monster Jam World Finals XVIII (18) di Las Vegas, ketika pengemudi VP Racing Fuels Mad Scientist Lee O'Donnell menyelesaikan flip depan pertama di truk Monster Jam selama kompetisi. 

'The World's First Ever Monster Truck Front Flip' adalah sebuah lagu yang terinspirasi oleh peristiwa itu, namun tidak sama sekali membahas peristiwa itu melainkan sebuah makna tersirat dari kehidupan kita saat ini di mana semua orang terfokus pada perkembangan teknologi. Untuk mengucapkan happy birthday teman saja kita perlu repot-repot mengunggahnya di media sosial. 

Dan tampaknya Alex Turner adalah orang yang tidak memiliki ketertarikan yang besar terhadap itu, alih-alih memposting kehidupan mewah yang ia miliki di media sosial, ia malah tidak menggunakan media sosial sama sekali.

Orang yang terbilang anti teknologi, justru seorang visioner. Lirik Turner dalam lagunya yang berjudul 'She Looks Like Fun': No one's on the streets. We moved it all online as of March, tampaknya terwujud di masa-masa sekarang, dan bukan tidak mungkin ketika pandemi ini usai, kegiatan daring akan hilang, malah bisa jadi akan terus berlanjut.

Album yang dibuka dengan baik harus ditutup dengan baik pula, dan tak ada lagu penutup yang lebih baik daripada 'The Ultracheese' untuk album ini. 

Mengenai judulnya sendiri, saya tidak tahu mengapa diberi judul 'The Ultracheese', tetapi lagu ini bagaikan kesimpulan dari kegelisahan-kegelisahan yang ada di lagu-lagu sebelumnya. 

Dengan menempatkan lagu ini di akhir, Arctic Monkeys seperti ingin mencoba mengatakan bahwa: hidup terus berjalan. Seperti sebuah perpisahan sekaligus kepasrahan.

Sejatinya Arctic Monkeys adalah band yang jenius. Bagaimana sebuah band dengan debut album yang dimainkan cepat, bercerita tentang pesta, dan masa muda, menjadi sebuah band 'tua' yang pulang ke akarnya musik rock, yaitu jazz. Lagu ini sangat enak dinikmati dengan segelas wine untuk menutup hari yang melelahkan, sebelum tidur dan menyambut hari yang baru.

Album terbaru dari Arctic Monkeys sangat membingungkan bagi saya pribadi. Sesuatu tentang bulan yang dikemas dengan halus sekaligus kasar, tidak seperti yang saya harapkan. 

Tapi, saya senang dengan karya mereka yang dirilis pada 2018 ini, meskipun di luar kotak, suara baru yang mereka ciptakan terdengar menyegarkan. 

Nada dystopian dan retro benar-benar membuat saya senang dan memberikan album ini kesempatan untuk bisa saya cintai, serta banyak menyentuh keresahan masyarakat terhadap perkembangan teknologi, terkhususnya golongan tua.

Album ini bagaimanapun adalah album yang sangat keren. Jika bukan diciptakan oleh Arctic Monkeys, saya pikir album ini akan mendapat lebih banyak rasa hormat, yang mana di masa sebelumnya, album-album band ini adalah album yang saya suka untuk diteriakkan liriknya, namun pada album ini terdengar lebih santai dan lebih 'drama'. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun