Mohon tunggu...
Nusafakta
Nusafakta Mohon Tunggu... Pimpinan Redaksi Portal Berita Online Nusafakta

Pemerhati isu sosial, politik, dan pembangunan daerah. Aktif menulis untuk mengangkat suara masyarakat dan mengedepankan jurnalisme yang mendidik dan berimbang. Fokus pada konten edukatif, kebijakan publik, dan perkembangan wilayah Banten.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksploitasi Galian C di Lebak: Jalan Rusak, Lingkungan Tercemar, Siapa yang Diuntungkan?

22 Juni 2025   11:46 Diperbarui: 22 Juni 2025   11:46 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebak, Banten ---Aktivitas galian C di Kabupaten Lebak, Banten, kini semakin mengkhawatirkan. Alih-alih memberikan manfaat bagi masyarakat luas, eksploitasi yang ugal-ugalan justru menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan infrastruktur publik. Kerusakan jalan, pencemaran udara, hingga ancaman bencana di musim penghujan menjadi pemandangan yang akrab setiap hari, terutama di wilayah Kecamatan Curug Bitung.

Kerusakan yang Dibiarkan: Jalan Hancur, Debu Berterbangan

Di sepanjang jalan Curug Bitung, jalur utama yang  truk-truk pengangkut tanah merah tampak porak-poranda. Lubang menganga dan genangan air saat hujan menjadi perangkap mematikan bagi pengendara roda dua maupun roda empat. Selain membahayakan keselamatan, debu dari lalu-lalang truk galian tanpa penutup terpal terus-menerus mencemari udara, mengganggu kesehatan warga sekitar.

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku sudah lelah mengeluhkan aktivitas ini. "Kami sudah beberapa kali mengadu ke aparat dan pemerintah setempat, tapi tidak ada tindakan tegas. Jalan rusak, udara kotor, tapi truk-truk tetap hilir mudik. Seolah-olah mereka kebal hukum," ujarnya dengan nada kecewa.

Cuaca Ekstrem Memperparah Dampak

Situasi semakin memprihatinkan di musim penghujan. Tanah yang tergerus dari lokasi galian kerap menimbulkan longsoran kecil di sisi jalan, memperbesar risiko kecelakaan. Drainase yang tersumbat lumpur galian mengakibatkan banjir di beberapa titik, menambah penderitaan warga.

Dampak lingkungan dari aktivitas galian ini juga mulai merambah ke sektor pertanian. Beberapa sawah yang berada di sekitar lokasi pengangkutan mengalami penurunan hasil panen karena tanah yang mulai tercemar dan kualitas udara yang memburuk.

Diduga Ada Oknum yang Bermain

Ironisnya, di balik aktivitas yang merugikan masyarakat ini, diduga ada oknum pengusaha dan aparat yang justru mengambil keuntungan. Modusnya beragam, mulai dari pembiaran dengan alasan 'izin sudah lengkap' hingga dugaan adanya pungutan liar yang memperlancar jalannya eksploitasi ilegal.

"Ini bukan lagi rahasia umum. Sudah menjadi permainan yang melibatkan oknum-oknum tertentu. Kalau tidak ada backing, mustahil truk-truk ini bisa bebas lalu-lalang tanpa pengawasan ketat," ungkap seorang narasumber internal yang mengetahui pola distribusi material galian.

Pengawasan Lemah, Regulasi Mandul

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengawasan pemerintah daerah terhadap aktivitas galian C sangat lemah. Meskipun ada aturan ketat terkait izin lingkungan, pengangkutan, dan pengelolaan dampak, semua itu seperti tak berlaku di wilayah ini. Keberadaan aktivitas galian yang merusak terus berlangsung tanpa tindakan tegas dari pihak berwenang.

Beberapa LSM lingkungan di Lebak pun angkat suara. Mereka menilai pemerintah setempat terkesan tutup mata. "Ini bukan lagi masalah kecil. Dampaknya sudah meluas. Kalau tidak segera dihentikan, ke depan yang menanggung adalah generasi Lebak sendiri," kata salah satu aktivis lingkungan yang tergabung dalam Forum Siaga Galian Banten (SIGAB).

Tuntutan Masyarakat: Hentikan Eksploitasi Serampangan

Desakan kepada pemerintah untuk menertibkan aktivitas galian C semakin menguat. Warga meminta agar pemerintah daerah dan aparat penegak hukum segera melakukan tindakan tegas, mulai dari evaluasi izin hingga penertiban truk-truk yang melanggar aturan.

Namun, hingga kini, aktivitas galian tetap berjalan seperti biasa. Truk-truk besar terus melintas tanpa memperdulikan keselamatan warga, seolah Lebak adalah 'ladang emas' bagi segelintir orang yang rakus, dan menjadi 'neraka' bagi masyarakat sekitar yang setiap hari harus menghirup debu dan berjibaku dengan jalan rusak.

Pertanyaan Besar: Sampai Kapan Dibiarkan?

Fenomena galian C di Lebak, khususnya di Curug Bitung, telah menjadi potret nyata bagaimana kepentingan ekonomi jangka pendek seringkali mengorbankan kepentingan lingkungan dan keselamatan warga.

Pertanyaannya, sampai kapan praktek ini akan dibiarkan? Dan, siapa yang sebenarnya paling diuntungkan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun