Lagi-lagi Imam Hasan Al-Bashri hanya melempar senyum kecil, sembari menjawab lirih, "Nabi kami mengajarkan, memuliakan tetangga adalah hal yang wajib dan menjadi satu bukti beriman kepada Allah dan hari akhir. Anda adalah tetangga saya." Â
Tetangga tersebut pun menangis dan seketika mengucapkan dua kalimat syahadat.
*
Ya ampuuunn, meleleh ya, kalau baca kisah inspiratif Sahabat dan Tabi'in. Di zaman sekarang, mana adaaaa orang yang rela dan fine fine aja menampung air limbah kotoran tetangganya. Saya aja rasanya pengin protes melulu ke pak Enakeco, padahal ya itu "cuma" air talang bocor aja. Tapi heyyy damage-nya lumayan juga, dan nggak bisa dipandang remeh kan?Â
Akan tetapi, ternyata selalu ada insan-insan berhati lembut, yah kayak ibu mertua saya. Beliau mengajarkan dengan teladan, baiiikk banget sama semua tetangga. Saudara se-toxic apapun, selalu diladeni Uti dengan amat sangat baik hati. Dahlaaah, sulit untuk mengikuti kebaikan Uti, tapi yahh Ramadan ini momentum untuk belajar melembutkan hati.Â
Kalaupun belum bisa plek ketiplek sabar dan penuh toleransi seperti Uti, at least saya berupaya keras. Melangitkan doa, supaya Allah melembutkan hati saya dan keluarga. Selalu make sure hanya mengonsumsi makanan halal, baik dari bahan, proses, uang untuk membeli makanan, dan seterusnya. Karena Ramadan ini momentum yang sangat spesial, hayuklah kita manfaatkan untuk senantiasa berbuat dan melazimkan kebaikan.Â
PS: Saya ngetik artikel ini, masih sambil mangkel alias kesal banget dengan sikap tetangga. Tapi, yeah, saya berupaya keras untuk memahami kalau SIKAP TETANGGA kan nggak bisa kita kontrol, Yang bisa kita kendalikan adalah RESPONS dan SIKAP kita sendiri. Jadi, saya mengetik sambil dengar murottal al-Qur'an QS Ar-Rahman, fabi ayyi alaa irobbikumaa tukadzziban. Nikmat Tuhan manalagi yang engkau dustakan?Â
Boleh jadi, kami dapat "ujian" berupa sikap tetangga yang cuek. Tapiii, nikmat yang saya dapat jauuuhh lebih banyak. Saya dianugerahi ibu mertua yang sabaaaarr seluas samudera Hindia + Pasifik :) Barangkali, saya juga "cobaan" buat Ibu mertua tapi beliau sama sekali nggak pernah marah-marah ke saya! Sudah 17 tahun saya jadi menantu beliau, dan kami tinggal serumah.Â
Hamdalah, Ibu mertua konsisten mengajarkan bahwa ridho, sabar, ikhlas, tawakkal adalah koentji menghadapi badai kehidupan.Â
Alhamdulillah :)Â