Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Tangan Sang Tukang Pijat, Tuhan Titipkan Masa Depan Para Yatim Piatu

5 Juni 2018   17:07 Diperbarui: 20 Juni 2018   15:40 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Alumni panti diarahkan Sumirah untuk menjadi peternak. Macam-macam, mulai dari ternak lele, hamster, bebek, kalkun, kelinci. Bahkan ternak kambing untuk kebutuhan Idul Adha. "Jangan ada waktu dan lahan yang terbuang. Ada lahan nganggur sedikit, kasih lele. Tanami sayur dan buah, supaya bisa kita manfaatkan atau kita jual," tukasnya.

Bukan hanya itu. Sumirah juga mengedukasi ibu-ibu rumah tangga di sekitar panti, agar bisa mengisi waktu dengan kegiatan yang produktif. "Kalau lihat ibu-ibu lagi ngobrol di depan gang, biasanya saya panggil. Jangan buang waktu! Daripada ngobrol atau ngerumpi yang nggak penting, lebih baik tenaganya dipakai untuk berjualan atau aktivitas yang berfaedah. Jangan mau terlena dengan acara di TV atau gosip maupun hoax di HP," lanjutnya.

***

Sumirah terus melaju. Ia mengusung tekad dan semangat untuk memberdayakan anak-anak di panti.

Sumirah tak kenal lelah. Ia pun terus aktif menerima panggilan untuk memijat. Hingga suatu ketika, sepulang dari memijat di kawasan Trosobo, Sidoarjo, Sumirah mengalami kecelakaan. Ia yang tengah mengendarai sepeda motor menjadi korban tabrak lari. 

"Saya jatuh diseruduk mobil, yang langsung kabur begitu saja. Itu titik terendah dalam perjalanan hidup saya. Tulang rusuk patah, jari kaki bengkok masuk ke dalam, selama 4 bulan saya harus berobat di sangkal putung, nggak bisa ngapa-ngapain, nggak bisa kerja cari sumber pembiayaan untuk Panti."


Akibatnya, kondisi operasional Panti Asuhan pun menjadi minus. Sumirah berkisah, ia sampai harus menggadaikan harta benda yang ia punya. Cincin nikah, bahkan cincin mertua juga digadaikan, demi mengatasi kondisi paceklik pasca insiden ini.

Apakah Sumirah sempat terpuruk dan menyalahkan takdir Tuhan?

"Tidak! Semua ini adalah ujian dari Allah. Saya sempat ikut pelatihan Taubatan Nasuha di Jombang, dan dari sini kami semakin terlatih untuk sabar dan ikhlas. Kalau kita senantiasa mengedepankan sabar dan ikhlas, insyaAllah apapun ujian hidup bisa dijalani dengan enteng.

Begitulah Sumirah, perempuan tangguh yang senantiasa sumringah. Ia menginjeksikan prinsip hidup yang tidak biasa: "Harus kreatif! Jangan malas, karena kalau orang malas itu cenderung ngersulo (mengeluh) dan malah jadi sampah masyarakat. Pertanyaannya, kita itu mau gerak atau nggak? Itu saja. Semua harus punya inisiatif, mandiri dan berdaya."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun