Mohon tunggu...
Humaniora

Jeritan Anak Cacat

10 September 2017   13:48 Diperbarui: 10 September 2017   14:17 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil gambar untuk gambar orang cacat lumpuh

 Perkenalkan namaku Aldi, aku adalah si anak cacat. Usiaku sekarang ini  kurang lebih menginjak 15 tahun. Kecacatanku ini bukanlah sejak lahir  melainkan ketika usiaku menginjak  kurang lebih 13 bulan dan aku mulai berjalan yang tertatih tatih, disinilah penderitaanku dimulai. Pada saat itu aku mencoba menaiki tempat tidur yang kurang lebih tingginya sekitar 45 cm. Bagiku yang masih balita, tempat itu merupakan tempat yang lumayan tinggi. Ketika aku mencoba menaikinya aku terjatuh dan kepalaku terbentur benda keras yang mengakibatkan saraf yang ada dalam otak ku rusak. Kerusakan saraf tersebut mengakibatkan aku lumpuh, aku tidak dapat berdiri maupun berbicara. Aku hanya bisa berjalan dengan bantuan dan dorongan kursi roda.

Aku hanya bisa menangis di saat aku lapar, kesakitan, kesepian dan disaat aku ingin buang kotoran. Aku hanya bisa tertawa disaat aku merasa bahagia. Tangis dan tawalah yang menjadi alat komunikasiku. Terkadang aku memukuli kepalaku disaat aku merasa kepalaku pusing. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, mau ngomong pun aku tak bisa. Disaat aku memukuli kepalaku, terpaksa orangtuaku mengikat kedua tanganku dengan kain selendang agar tak melukai wajahku. Tak jarang pukulanku membuat luka di wajahku. Sebenarnya, aku sendiri pun tak ingin melakukannya, tapi apa daya tubuh ini tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku ingin menjadi anak selayaknya anak normal yang memiliki teman dan bermain bersama. Aku ingin bisa berjalan dan berlari sehingga aku bisa bermain kejar-kejaran bersama teman. Aku ingin berbicara sehingga aku bisa berpuisi, berpidato dan mengungkapkan perasaanku. Jika aku bisa berjalan dan berbicara, aku ingin memelukmu, membantumu dan membahagiakan  dan tak ingin merepotkanmumu ibunda! Ayahanda!

Tuhan, kenapa Engkau lahirkan aku jika akhirnya aku lumpuh tak berdaya seperti ini. Tuhan, apakah ini cobaan bagi hamba-Mu, ataukah ini ujian bagi orangtua hamba?. Jika ini, memang ujian bagi orangtua hamba kasihanilah mereka. Tapi kenapa Engkau lakukan itu?, kenapa engkau memberikan ujian yang mungkin terasa berat bagi orangtua hamba. Apakah mereka pernah membuat dosa terhadap-Mu?. Jika iya, maka ampunilah mereka, kurangi beban mereka karenaku. Apakah Engkau membenci mereka? Sehingga Engkau membuatku anak mereka lumpuh seperti ini.

Tuhan, jangan Engkau beri penderitaan yang tak bisa dilampaui bagi orangtua hamba. Ibu ayah hamba-MU ini telah merawatku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Mereka selalu terbangun disaat aku menangis dan memukul-mukul kepalaku karena kesakitan. Mereka selalu mencegahku untuk memukul kepalaku, karena mereka tak ingin melihatku lebih sakit lagi. Tuhan, kurangi kesedihan kedua orangtuaku biarkan mereka hidup bahagia.

Tuhan, sebelum aku kembali kepelukan-Mu, tunjukkan keajaiban-Mu kepadaku, berikan aku kesempatan untuk bisa berbicara dengan orangtuaku. Jika Engkau beri kesempatan itu,  aku ingin berterimakasih dan mengutarakan isi hatiku kepada kedua orangtuaku. Tuhan terimakasih, Engkau telah memberikan orangtua yang begitu sabar dalam menghadapi keadaanku. Terimakasih atas kebesaran hati yang Engkau berikan kepada orangtuaku, mereka mampu menerima apa yang telah engkau berikan pada mereka. Mungkin, bagi orangtua yang lain semua itu sulit. Tuhan, terimakasih Engkau telah memberikan orangtua seperti mereka yang mau menjagaku, merawatku dan selalu ada disis

 Perkenalkan namaku Aldi, aku adalah si anak cacat. Usiaku sekarang ini  kurang lebih menginjak 15 tahun. Kecacatanku ini bukanlah sejak lahir  melainkan ketika usiaku menginjak  kurang lebih 13 bulan dan aku mulai berjalan yang tertatih tatih, disinilah penderitaanku dimulai. Pada saat itu aku mencoba menaiki tempat tidur yang kurang lebih tingginya sekitar 45 cm. 

Bagiku yang masih balita, tempat itu merupakan tempat yang lumayan tinggi. Ketika aku mencoba menaikinya aku terjatuh dan kepalaku terbentur benda keras yang mengakibatkan saraf yang ada dalam otak ku rusak. Kerusakan saraf tersebut mengakibatkan aku lumpuh, aku tidak dapat berdiri maupun berbicara. Aku hanya bisa berjalan dengan bantuan dan dorongan kursi roda.

Aku hanya bisa menangis di saat aku lapar, kesakitan, kesepian dan disaat aku ingin buang kotoran. Aku hanya bisa tertawa disaat aku merasa bahagia. Tangis dan tawalah yang menjadi alat komunikasiku. Terkadang aku memukuli kepalaku disaat aku merasa kepalaku pusing. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, mau ngomong pun aku tak bisa. Disaat aku memukuli kepalaku, terpaksa orangtuaku mengikat kedua tanganku dengan kain selendang agar tak melukai wajahku. Tak jarang pukulanku membuat luka di wajahku. Sebenarnya, aku sendiri pun tak ingin melakukannya, tapi apa daya tubuh ini tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku ingin menjadi anak selayaknya anak normal yang memiliki teman dan bermain bersama. Aku ingin bisa berjalan dan berlari sehingga aku bisa bermain kejar-kejaran bersama teman. Aku ingin berbicara sehingga aku bisa berpuisi, berpidato dan mengungkapkan perasaanku. Jika aku bisa berjalan dan berbicara, aku ingin memelukmu, membantumu dan membahagiakan  dan tak ingin merepotkanmumu ibunda! Ayahanda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun