Biasanya tak pernah terpisah denganmu. Sesibuk apapun tangan ini  tak bisa tak menyentuhmu.  Bahkan begitu mata terbuka,  engkaulah yang pertama ingin dilihat.  Sungguh, begitu besar kau tebarkan daya pikat. Â
Hari itu, Â iya hari itu, meskipun ada gundah. Â Aku rela terpisah. Â Kucerai kau dengan ikhlas. Â Karena alasan berburu waktu, kau sedikit terlupa. Â
Hmm...sungguh luar biasa kau gawai. Semesta dengan sukses kau hipnotis. Keluh, sedih dan gerutuan, uhmm... mungkin juga umpatan, Â dpastikan meluncur cepat. Saat hari tanpa kamu terlewat.Â
Biarlah kadang kala kau istirahat. Menghentikan jemariku untuk berselancar di sana. Karena aku harus bersikap adil. Menggerakkan ruas-ruas kecil itu juga untuk berdzikir.Â
Ikhlas, Â aku usahakan hati aku terbebas. Tak mati gaya biarpun kau tak ada. Masih ada yang lebih berguna untuk aku lakukan. Mengingat asma Allah, Sang Pemberi kehidupan.Â
Â
Â