Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seputih Susu

28 Oktober 2021   13:06 Diperbarui: 28 Oktober 2021   13:08 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com 

Tahukah seberapa tulus hatimu? Seberapa murni  kasihmu? Tak ternilai,  tak terukur. Kalau sebagai pembanding adalah  Akhlak dan jujur.  

Ketulusanmu seputih susu. Semurni mata air jernih di antara tanah berbatu.  Di lereng gunung.  

Meski kadang tulus itu menjadi cela karena nafsu.  Kasih itu ternoda khilaf yang berseteru. 

Tapi satu yang  yang tak bisa disangkal. Manusia kadang berpaling dari budi dan akal. Tak selamanya lurus dan indah sesuai angan. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada salah yang tak ada ampunan. 

Kalau sang Pencipta saja Maha Pengampun. Lalu, kenapa harus bersikukuh dengan ego yang tinggi membumbung ? Dan membiarkan hati membatu ? Terluka karena kesumat akut? Huft.... sungguh terlalu itu!  

Seputih susu. Putih bukannya tanpa cela. Karena setitik noktah saja akan tampak nyata. Tercemarilah semua sebelanga. Itulah,  kenapa harus memberi maaf ? Karena tak ada yang sempurna. Kecuali pemilik hidup dan matinya semesta.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun