Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tawa Selepas Hujan Reda

14 Januari 2021   16:26 Diperbarui: 14 Januari 2021   16:38 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Ibu yang Sedang Menggendong Anaknya (Sumber: wallpaperlist.com)

 "Saking pundi, Bu? Tengah malem kados niki," tanya sang suami. (Darimana, Bu? Tengah malam seperti ini?)

 "Niki loh Pak, si Nia panas sanget awake. Nembe takbeto maring nggene Bu Bidan," jawab si wanita sambil menidurkan kembali sang anak ke ranjang tempat tidur. (Ini loh Pak, si Nia badannya panas banget. Barusan takbawa ke tempatnya Bu Bidan)

 "Owalah lah pripun turene Bu Bidan, Bu? Lah kok mboten manggil bapak mawon," tanya sang suami. (owalah, lalu bagaimana kata bu bidan, Bu? Lah kok tidak manggil bapak saja).

 "Niki sampun diparingi obat, Pak. Kulo mboten ngertos bapak teng pos pinten, lah melas Nia, awake sampun panas sanget, njuk kula beto mawon teng nggene Bu Bidan," jawab sang wanita. (ini sudah diberi obat. Saya tidak tau bapak sedanga di pos berapa, kasihan Nia, badannya panas banget, lalu saya bawa ke tempatnya Bu Bidan).

 "Ngenjang turene nek menawi panasse mboten mandap-mandap, ken mbeto teng rumah sakit, Pak," lanjut sang wanita. (Besok katanya kalo panasnya tidak turun-turun, disuruh membawa ke rumah sakit, Pak)

 "Ya Allah, Bu. Mpun Ibu istirahat. Sampun ndalu," kata sang suami. (Ya Allah, Bu. Sudah ibu istirahat. Sudah malam)

 "Nggih, Pak," jawab sang wanita. (iya, Pak)

 Malam kembali berlanjut. Hujan di luar udah reda. Petir dan halilintar nampaknya juga telah berdamai dengan lain. Ikutan pergi. Orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya. Si anak entah sudah bermimpi sampai mana. Terlalu jauh. Sang ibu masih sedikit cemas. Berharap panas anaknya segera hilang. Sang bapak juga cemas, cemas akan demam sang anak dan cemas akan kemungkinan lainnya.

 "Pak, niki panasse adek kok dereng mandap nggih. Pripun niki, Pak? Sang ibu berusaha membangun sang suami. (Pak, ini panasnya adek kok belum turun ya, Pak?)

 "Aduh, pripun nggih, Bu. Adek Nia dibeto nggene Dokter Eka nopo?" saran Sang suami. (Aduh gimana ya, Bu. Adek dibawa ke tempat Dokter Eka gimana?)

 Sepasang orang tua baru itu cemas dan juga bingung. Rumah sakit terlalu jauh untuk dijangkau dari kampung mereka. Transportasi mana ada di pagi buta ini. Harus berangkat ke kecamatan dulu untuk mendapatkan bus. Baru bisa sampai rumah sakit di kabupaten. Belum lagi masalah biaya yang dikeluarkan yang barang tentu tidak murah bagi mereka. Untunglah anak mereka tidaklah begitu rewel. Hanya sesekali mengigau saat tidur karena panas yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun