"Nah, sekarang coba kembali masukkan kandang, Nak!" perintahnya lembut tetapi tegas.
Sekali lagi terdengar tawa hangat Tuan Ibrahim. Hatinya senang melihat Andi memasukkan Sugi dan Syukri ke kandang dengan lebih baik dari sebelumnya. Bahkan, Andi menggendong Sugi dan Syukri satu persatu bergantian. Kemudian menutup pintu kandang kembali.
"Satu lagi, Bi?" Andi bertanya dan tangannya menunjuk Supi.
"Tidak!" Syukri yang mendengarnya langsung berteriak dari dalam kandang. Dengan panik disuruhnya Supi untuk segera menjauh dari tempat tersebut.
Sebaliknya, Supi yang mendengar teriakan suaminya yang menyuruhnya pergi malah menolak pergi. Kambing betina tersebut malah berjalan mendekati pintu kandang seakan-akan meminta untuk ikut disertakan masuk kandang, berkumpul bersama Sugi dan Syukri.
"Jangan! Istriku sedang hamil, Tuan!" Syukri histeris ketika dilihatnya sang majikan berjalan mendekati Supi.
"Ini kambing betina," ucap Tuan Ibrahim seraya menepuk-nepuk kepala Supi. "Afdhalnya, yang dijadikan kurban adalah hewan jantan," ujarnya kembali melanjutkan penjelasannya.
"Tuan Ibrahim akan mengurusmu dengan baik. Lahirkan anak-anak yang banyak, semoga kelak kita semua mendapat kehormatan menjalankan ibadah sebagai kurban!" Syukri mencium kening Supi saat memberi pesan perpisahan.
Esok, dia dan Sugi akan menjalankan ibadah agung. Tinggallah Supi bersama keluarga baru, yaitu anak-anak yang akan dilahirkannya beberapa saat lagi.