Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Akhir Karnaval Sudah Ada yang Menunggu

15 September 2019   20:58 Diperbarui: 15 September 2019   21:00 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masak dua puluh  ribu gak  ada kembalian?" Kata wanita muda seakan tidak percaya

"Benar Kak... Ini  pun kakak pembeli pertama. "

"kembaliannya masih berapa Dik? "

"Ya tiga belas  ribu Kakak."

"Kalau susuknya kakak minta es lagi, dapat berapa bungkus Dik? "

Si anak sedikit berpikir tetapi sejurus berikutnya ada sedikit senyum di ujung bibirnya

"Dapat dua lagi." Kata si anak dengan suara pasti. Toh hanya selisih seribu, tetapi sudah tiga plastik yang laku. Penglaris pikirnya. Perempuan muda itu pun  cukup senang dengan transaksi dengan anak itu. Toh temannya yang menunggu di pinggiran toko seberang jalan cukup untuk menghabiskan dua  bungkus es.

          Sementara itu rombongan karnaval yang ditunggu tak kunjung muncul hanya debu debu mobil yang dikibaskan lewat knalpotnya, maupun asap motor memenuhi udara menambah hiruk pikuk suasana yang sudah berjejal. Di sepanjang jalan yang akan dilalui penggembira maupun kelompok utama karnaval, kerumunan semakin mengental seperti air tajin pekat .Sebenarnya hal lumrah manakala suatu kejadian luar biasa ditunggu banyak orang apalagi untuk ukuran kabupaten kecil dipesisir utara yang haus akan tontonan lapar hiburan.  

          Ronggeng, reok, barongsai, barongan, tayub, ketoprak adalah tontonan biasa yang sering ditongkrongi, itu pun banyak sekali penontonnya. Apalagi yang menjadi pusat tontonan adalah artis terkenal, bisa dibayangkan betapa riuhnya. Seperti bulan lalu saat artis ibu kota pentas di alun_alun kabupaten yang diselenggarakan oleh tv swasta hampir seluruh penduduk bergerombol memadati sudut sudut kota.tidak ada ruang untuk duduk. berdiri pun tidak bisa saking padatnya manusia berjubel menikmati hiburan yang jarang didapat. Padat manusia hal seperti ini biasalah membuka ruang para pengais rezeki dan terjadi keributan kecil. Tukang bakso tidak dapat menempatkan angkringnya sudah diganti pedagang dadakan lainnya. Tukang buah ngomel ngomel karena sala, jeruk, klengkeng, atau buah kecil-kecil lainnya menjadi bingkisan gratis orang yang berlalu lalang. Akan marah percuma akhirnya mereka memutuskan menutup lapaknya dan berganti menjual mainan balon boneka.

          karnaval yang ditunggu akhirnya muncul. Paling depan tentu saja mobil polisi sebagai pembuka jalan dengan sirine yang meraung memekakkan telinga. disusul  mobil dari dinas informatika lewat toa yang terpasang menjelaskan urut-urutaan kemeriahan dan bagaimana seharusnya para penonton agar tidak menghalangi jalan ataupun mengambil pernik-pernik yang dipakai. Setelah mobil dinkoinfo  pasukan pembawa bendera merah putih dan panji-panji berjalan berderab seirna dengan irama drumb band di belakangnya. disusul mobil mobil satpol PP, mobil pejabat ring satu  disusul iring~iringan mobil mobil dinas dari tingkat kabupaten kecamatan hingga kecamatan  dilanjutkan para peserta yang datang dari berbagai perusahaan.

          Sebenarnya bentuk karnaval tahun ini dengan tahun tahun sebelumnya sama saja, mobil dibentuk sesuai dengan instansi atau lembaga. Misalnya dinas pekerjaan umum maka mobil itu akan dihias dengan alat bangunan kemudian ditaruh di atasnya para karyawan dari yang pura-pura jadi kepala dinas hingga karyawan kebersihan yang benar-benar tukang sapu. kemudian mobil itu dihias dengan beraneka ragam bunga. Kalau dari dinas kelauatan akan ditampilkan orang dengan jala dan tentu saja ikannya. Kalau dari dinas pendidikan pasti orang yang didandani pendidik dan murid. Kalau dari perusahaan kacang tentu saja kacang dan kemasannya. Dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun