Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Akhir Karnaval Sudah Ada yang Menunggu

15 September 2019   20:58 Diperbarui: 15 September 2019   21:00 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Bulan Agustus hampir habis musim pancaroba juga akan mulai berakhir namun hujan belum juga dituai bahkan kekeringan mulai mengerayangi seluruh wilayah yang berada di lintasan enam sampai sebelas derajat.  Kalau siang sangat panas bisa mencapai empat puluh derajat celcius namun kalau  malam sangat dingin bahkan di ketinggian tertentu suhu bisa nol derajat, sangat ekstrim. Namun di kemarau seperti di bulan bulan ini sudah ada yang turun hujan meskipun secara natural hujan mulai turun dengan intensitas rutin di bulan Oktober akhir. Namun kata orang sekarang bulan tidak bisa dijadikan patokan musim.  

          Siang ini waktu untuk panas  hampir selesai, udara pun tidak sekering sebelumnya. Angin yang mengalir terasa sejuk. Orang-orang tidak malas keluar rumah tak terkecuali yang ingin melihat karnaval. Semakin sejuk udara semakin banyak yang memenuhi tempat tujuan dan yang datang dari berbagi penjuru kota, semua jalan besar penuh apalagi gang sudah tertutup manusia. Jalan sudah berubah bagai lapangan luas tidak ada lagi aspal yang menunjukkan marka jalan yang tampak hanya  hamparan manusia.

          Iring iringan yang ditunggu belum juga datang. Namun keingintahuan rakyat semakin besar hal seperti ini biasanya dimanfaatkan pencari  rezeki. Mereka membuka usaha dengan menjajakan minuman makanan memanfaatkan momen keramaian. Penjual  mainan anak kecil menawarkan dagangannya berupa baling-baling kertas, balon, wayang-wayangan. Atau penjual bakso, bakpao, jagung mereka beragntian bahkan kadang kadang terlihat teriak bersama menawarkan barang dagannya. Suara pedagang pedagang yang ditukangi hamparan manusia bagai suara lebah dengung. Samar-samar raung sirine berasal dari kejauhan membelah rasa ingin tahu menjadi kepastian kalau suara itu meyakinkan memang ada karnaval.

"Es.. Es... Es.... jus jambu... jus jambu" Suara bocah laki-laki berumur sekitar dua belas tahunan memecah hingar hingar orang yang sibuk menunggu karnaval. Di tangan kanannya ada termos berisi bermacam jenis es. Ada es teh, es jeruk, jus tomat, alpukat, jus jambu, bahkan jus buah naga terselip di dalamnya.

"Satu ya dik, rasa tomat." Seorang perempuan dari samping kanannya sambil melambaikan tangannya

"Ya Kak," Agak berteriak suaranya nyaring mengimbangi kegaduhan manusia.

"Berapa Dik? "

"Tujuh ribu Kakak...." Kata si anak penjual es.

Si gadis pembeli segera membuka tas kemudian mengeluarkan dompet, membukanya dan menyerahkan uang.

"Wah gak ada kembaliannya Kak." Si anak menggarukkan kepalanya sepertinya sangat gatal karena mulutnya juga sedikit diperingiskan.

"Masak dua puluh  ribu gak  ada kembalian?" Kata wanita muda seakan tidak percaya

"Benar Kak... Ini  pun kakak pembeli pertama. "

"kembaliannya masih berapa Dik? "

"Ya tiga belas  ribu Kakak."

"Kalau susuknya kakak minta es lagi, dapat berapa bungkus Dik? "

Si anak sedikit berpikir tetapi sejurus berikutnya ada sedikit senyum di ujung bibirnya

"Dapat dua lagi." Kata si anak dengan suara pasti. Toh hanya selisih seribu, tetapi sudah tiga plastik yang laku. Penglaris pikirnya. Perempuan muda itu pun  cukup senang dengan transaksi dengan anak itu. Toh temannya yang menunggu di pinggiran toko seberang jalan cukup untuk menghabiskan dua  bungkus es.

          Sementara itu rombongan karnaval yang ditunggu tak kunjung muncul hanya debu debu mobil yang dikibaskan lewat knalpotnya, maupun asap motor memenuhi udara menambah hiruk pikuk suasana yang sudah berjejal. Di sepanjang jalan yang akan dilalui penggembira maupun kelompok utama karnaval, kerumunan semakin mengental seperti air tajin pekat .Sebenarnya hal lumrah manakala suatu kejadian luar biasa ditunggu banyak orang apalagi untuk ukuran kabupaten kecil dipesisir utara yang haus akan tontonan lapar hiburan.  

          Ronggeng, reok, barongsai, barongan, tayub, ketoprak adalah tontonan biasa yang sering ditongkrongi, itu pun banyak sekali penontonnya. Apalagi yang menjadi pusat tontonan adalah artis terkenal, bisa dibayangkan betapa riuhnya. Seperti bulan lalu saat artis ibu kota pentas di alun_alun kabupaten yang diselenggarakan oleh tv swasta hampir seluruh penduduk bergerombol memadati sudut sudut kota.tidak ada ruang untuk duduk. berdiri pun tidak bisa saking padatnya manusia berjubel menikmati hiburan yang jarang didapat. Padat manusia hal seperti ini biasalah membuka ruang para pengais rezeki dan terjadi keributan kecil. Tukang bakso tidak dapat menempatkan angkringnya sudah diganti pedagang dadakan lainnya. Tukang buah ngomel ngomel karena sala, jeruk, klengkeng, atau buah kecil-kecil lainnya menjadi bingkisan gratis orang yang berlalu lalang. Akan marah percuma akhirnya mereka memutuskan menutup lapaknya dan berganti menjual mainan balon boneka.

          karnaval yang ditunggu akhirnya muncul. Paling depan tentu saja mobil polisi sebagai pembuka jalan dengan sirine yang meraung memekakkan telinga. disusul  mobil dari dinas informatika lewat toa yang terpasang menjelaskan urut-urutaan kemeriahan dan bagaimana seharusnya para penonton agar tidak menghalangi jalan ataupun mengambil pernik-pernik yang dipakai. Setelah mobil dinkoinfo  pasukan pembawa bendera merah putih dan panji-panji berjalan berderab seirna dengan irama drumb band di belakangnya. disusul mobil mobil satpol PP, mobil pejabat ring satu  disusul iring~iringan mobil mobil dinas dari tingkat kabupaten kecamatan hingga kecamatan  dilanjutkan para peserta yang datang dari berbagai perusahaan.

          Sebenarnya bentuk karnaval tahun ini dengan tahun tahun sebelumnya sama saja, mobil dibentuk sesuai dengan instansi atau lembaga. Misalnya dinas pekerjaan umum maka mobil itu akan dihias dengan alat bangunan kemudian ditaruh di atasnya para karyawan dari yang pura-pura jadi kepala dinas hingga karyawan kebersihan yang benar-benar tukang sapu. kemudian mobil itu dihias dengan beraneka ragam bunga. Kalau dari dinas kelauatan akan ditampilkan orang dengan jala dan tentu saja ikannya. Kalau dari dinas pendidikan pasti orang yang didandani pendidik dan murid. Kalau dari perusahaan kacang tentu saja kacang dan kemasannya. Dan sebagainya.

          Meskipun ada slentingan kalau juara karnaval itu akan diambil dari peseta terfavourit dinilai dari kreativitasnya dan tentu saja kemewahan kemudian  diberi hadiah Namun ternyata semangatnya adalah asal ikut dan menggugurkan perintah maka dapat ditebak seperti apa karnaval itu. Asal ikut Hampir sama semuanya kalau tidak bilang sekenanya, yang penting sudah mengikuti instruksi dan tidak dimarahi oleh atasanya. Sangat memalukan bahkan harga diri kepala jawatan dipertaruhkan  jika sampai tidak mengikuti perintah. Jika tidak mengikuti maka akan ada perhatian khusus selanjutnya bisa-bisa sulit naik pangkat atau bahkan lembaganya diberi surat peringatan.

          Namun jika mampu menampilkan pertunjukkan yang luar biasa maka dipastikan akan ada penilaian khusus. Untuk mengadakan pertunjukkan karnaval "wah" dana yang dibutuhkan akan luar biasa. Di sinilah kata orang permainan memperoleh jabatan lebih  tinggi dimulai. Itu kata orang....

             Di tengah-tengah kesibukan peserta yang memamerkan keunggulan, visi misi lembaganya lewat pengeras yang telah disiapkan tiba giliran peserta dengan mobil bak terbuka yang di atasnya penuh pria wanita nan gagah dan cantik perwakilan dari dinas pariwisata. Namun mengherankan segala hiasan sudah hilang, baik yang didepan, belakang, samping kanan kiri. Hanya tinggal tempatnya. Hiasan tertinggal yang terpakai hanyalah puing-puing kayu bekas kotak telur, gabus putih, kertas semen yang sudah dicat menyerupai batu batuan. Hanya itu, bentuk asalnya.  Penutup rangka yang semula kembang warna-warni berbagai hiasan lainnya telah jadi rebutan penonton. Buah-buahan sebagai pendamping tidak berbekas. Apalagi kain yang menutupi bagian samping tinggal wadahnya.

          Rupanya inilah yang ditunggu seluruh penonton, dapat mengambil segala pernik yang bisa dibawa pulang. Meskipun sebelumnya sudah diumumkan tidak boleh ini itu tetapi pengumuman hanya berlaku manakala ada yang ngawasi. Dan kini bagai ajang pamer keberanian mengambil apa saja dari mobil peserta. Penonton yang telah mendapatkan bersuka cita ada yang teriak dan memamerkan barang kepada teman-temannya, yang tidak ada nyali untuk berebut dengan sekian ribu tangan kini berusaha "menjarah" dari mobil y

          Ada juga yang hanya sekedar berharap ada mobil dari perusahaan yang ikut karnaval membagi-bagi kian bingkisan. Kalau perusahaan tebu akan membagikan gulanya meskipun hanya setengah kilogram. Perusahaan handuk akan membagikan sapu kecil lap keringat. Perusahaan ikan akan membagikan ikan yang sudah dikemas.

          Keriuhan para penonton yang mendapatkan barang secara gratis atau meminta dengan paksa  itu tiba-tiba diheningkan oleh serombongan anak muda. Para pemuda itu gegap gempita berteriak dan bergerak dengan ritmis sperti tarian flash mob gerakan sederhana tangan diangkat kaki gerak maju empat langkah, ke belakang satu langkah ke samping, dan tubuh selalu bergerak sambil berteriak ketika sudah sampai hitungan tertentu.

          Pertujukan yang sederhana, ritmis, dan mampu menggerakkan orang untuk mengikuti ke arah lain dari arah karnaval. semakin lama semakin banyak yang mengikuti gerakan itu kalau semula hanya iringan mulut. Sekarang sudah ada yang mengiringi lewat alat perkusi.

          Alat perkusi itu mula-mula dari rombongan peserta bagian belakang yang merupakan kelompok seni musik tradisional dan kontemporer lebih tepatnya pemusik yang memainkan segala benda yang bisa berbunyi. Ada yang memukul galon air, galon minyak, kaleng roti, potongan pipa air, mereka mainkan dipadukan dengan alat musik sederhana sehingga bunyi dari segala benda itu memadati ruang luas dan mengalahkan hingar bingar suara dengung kumpulan ribuan manusia bahkan bisa menuntun mereka untuk mengikuti gerakan gerakan suara yang diperagakan oleh kelompok flash mob di depannya.

          Para anak muda yang mengikuti karnaval  dari kelompok musik dan kelompok flash mob tiba-tiba membelokkan arahnya seratus delapan puluh derajat dari kelompok utama iring-iringan penjabat. Jadilah mereka para peflashmob dan kolabolator musik menjadi  "gerombolan" karnaval yang tidak terdaftar peserta resmi namun lebih menarik. Dan bisa menggerakkan lebih banyak penonton untuk mengikuti seluruh gerakkan itu. Kalau tidak bisa bergerak sesuai gerakan di depannya paling tidak para penonton hampir seluruhnya tersedot ke arah suara mengalun.

          Sekarang kalau dilihat dari angkasa karnaval itu tampak bagai dua aliran sungai yaitu alur mobil dan pejalan kaki. Beraneka mobil yang dihiasi beragam hiasan merangkak terseok seok menuju alun-alun kota. Sedangkan pejalan kaki yang kini membuat karnavalnya sendiri  terus bergerak memanjang menganak ular mengarah ke lapangan pinggiran kota.

"Halo Kakak." Sapa seorang anak yang berusia sekitar dua belas tahunan.

"Hai ..., "  yang dipanggil kakak segera menengok ke arahnya, " kamu ikut juga ke arah pejalan ini?" sambil menggerakkan kaki dan tangannya  mengikuti suara rancak perkusi yang ditabuh.

"Ya kakak." Jawab si anak sambil terus berjalan mengikuti arah orang-orang yang berjalan riang karena ada musik yang terus mengiringi langkah-langkah mereka.

"Kamu tiidak berjualan es lagi?"

"Tidak Kakak, karena es untuk dijual hari ini sudah habis. Jadi saya bisa bermain."

Si anak terus bercerita kalau keramaian diiringi musik dengan gerakan gerakan ritmis baru kali ini ada. Biasanya hanya antrian panjang mobil-mobil dengan berbagai atribut dan gaya yang dimegah-megahkan.

          Ketika senja memerah barisan yang menganak sungai sampai pada lapangan yang dituju namun tiba-tiba semua seperti tidak percaya kalau di  tujuan meraka telah menunggu pertunjukkan lain yaitu para petugas keamanan yang sudah bersiap dengan pentungan dan dibelakang pasukan itu sudah berjajar mobil-mobil pengendali massa. Namun sebelum mereka semua tahu apa yang telah terjadi sehingga demikian banyak pasukan, dari pengeras suara ada perintah.

"Semua harus membubarkan diri karena kegiatan kalian tidak berizin. Sekali lagi saya perintahkan kalian harus segera membubarkan diri karena kegiatan kalian tidak berizin!" Rupanya pemmberi perintah adalah pertinggi dari kesatuaannya. Massa bingung apa yang salah dengan menari mengikuti musik dan berjalan seirama gerak. Di mana letak ketidakbenarannya ... .

Pati,  September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun