Mohon tunggu...
Nursukma Asih
Nursukma Asih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keluarga Sejahtera bersama Pemimpin yang Kompeten

24 Februari 2019   10:26 Diperbarui: 24 Februari 2019   11:10 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendekatan, penyuapan, rasa senggan, janji manis, persahabatan dan harga yang murah untuk membeli masa depan dan jabatan. Mau jadi apa indonesia? Sekarang saatnya pemuda milineal yang bangkit dan memutuskan pembodohan-pembodohan yang dilakukan para pejabat-pejabat politik yang membeli jabatan dengan uang. mari kita bangun keluarga sejahtera dan memutuskan rantai kemiskinan melalui pemilihan pemimpin yang kompeten.

Kenapa harus pemimpin yang kompeten?

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang berkecukupan dengan kualitas SDM yang unggul dan produktif, pendidikan yang memadai dan kesehatanyang enerjik, karena itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Bagaimana bisa memiliki kualitas SDM yang unggul ketika pendidikan tidak memadai, dan bagaimana pendidikan bisa berlangsung lancar jika kesehatan terganggu?. 

Lalu bagaimana dengan masyarakat yang kurang berkecukupan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera? Untuk makan setiap hari pun masih harus memeras keringat yang upahnya tidak sebanding dengan tenaga yang di keluarkan. Disinilah peran pemerintah untuk menanggulangi dan memutus rantai kemiskinan dengan program yang harus di canangkan untuk membangun masyakat yang sejahtera. 

Disini pula langkah awal yang harus di lakukan masyarata untuk menentukan pilihannya  memilih pemimpin yang kompeten.  Dimulai dari diri sendiri, pemuda milineal harus berfikir kedepan, berfikir ke depan bukan berfikir menggunakan ukuran materi yang diterima. 

Pemahaman tentang pemilihan pemimpin seharusnya diberikan kepada masyarakat-masyarakat terdahulu yang masih berorientasi pada suap yang jelas-jelas telah melanggar hukum melalui seminar-seminar atau iklan masyarakat agar mereka tidak mudah termakan janji manis uang suap. 

Tetapi masalah yang  menjadi penghambat di sini adalah masyarakat itu sendiri. Mereka akan berfikiran lebih baik bekerja dari pada mendengarkan sminar-seminar yang tidak menguntungkan untuk diri mereka. Apakah pemerintah harus menggajinya untuk menghadiri seminar? Jelas itu tidak mungkin. 

Maka dari itu mungkin alternatif yang harus dilakukan pemerintah adalah memberi pelajaran tambahan untuk para siswa-siswi yang sedang mengayam bangku pendidikan untuk menumbuhkan rasa kesadaran dan tanggung jawab terhadap negara sebagai upaya belanegara dan menyalurkan pendidikan yang di terima kepada keluarga atau kerabat-kerabat terdekat mereka. 

Memilih pemimpin yang kompeten penting karena pemimpin yang kompeten tidak hanya sadar dengan tugas dan kewajibanya sendiri tapi juga sadar dengan tugas yang diemban dalam jabatannya tersebut. Dan memiliki kecerdasan yang bisa memutuskan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapinya maupun masalah yang di hadapi oleh rakyatnya secara bijaksana. Seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya bukan sebagai raja yang berkuasa atas rakyatnya.

Apa hubungannya dengan program keluarga sejahtera? Pemimpin yang kompeten harus selalu memiliki inovatif yang dapat memutus rantai kemiskinan dari rakyatnya. Semua orang bisa belajar menjadi seorang pemimpin yang cerdas dan bijaksana tetapi disini bukan tempat untuk belajar, disini adalah tempat mengamalkan dan menerapkan. sebuah teori saja tidak cukup untuk membangun masyarakat yang sejahtera perlu pengalaman dan praktek yang baik untuk  terjun secara langsung bersama masyarakat.

Dikutip dari buku karya Lynn wilcox yang berjudul psikologi kepribadian. Hazrat Pir, dalam karangannya peace2, menjelaskan ada dua pertanyaan fundamental yang merupakan kunci menuju eksistensi tingkah laku manusia: Bagaimana manusia yang sempurna dikembangkan? Bagaimana masyarakat sempurna di kembangkan?. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun