Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebelum Kenal Karya SDD, Materi Lain Okey, Puisi Minggir...!

30 April 2020   13:14 Diperbarui: 30 April 2020   16:57 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SDD, Dokumentasi pribadi. (Foto ini diambil saat berlangsungnya ajang Kompasianival Desember 2018, di Lippo Mall Kemang, Jakarta)

Siapa yang tidak kenal Prof. Sapardi Djoko Damono alias SDD. Beliau  adalah pujangga kebanggaan bangsa Indonesia. Lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. 

Kakek yang biasa disapa Eyang Sapardi ini dikenal sebagai penyair sejak usianya masih muda.

SDD termasuk penulis yang sangat produktif. Setiap tahun  ada saja karya terbarunya yang dirilis. Mulai dari novel, puisi, musikalisasi puisi, sampai ke nonfiksi telah dia tulis dengan kemampuan linguistik yang tiada duanya. 

Bahkan di hari ulang tahunnya yang ke 80, Jumat,  20 Maret lalu, mantan Dekan  Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia ini  merampungkan dua buku barunya.  

Ingin tahu sepak terjang sastrawan legendaris  tersebut seperti apa, ulasan lengkapnya ada satu  dan dua.

Luar biasa. Sudah dianugrahiNya umur panjang,  diberkahi pula segudang  keistimewaan yang belum tentu dimiliki oleh banyak orang. Naluri sastranya  masih tajam untuk berimajinasi, mampu bermain dengan sejuta kata , bersahabat dengan  seribu gagasan.

Salah satu puisi romantisnya yang sangat populer adalah "Aku Ingin".

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Bagi saya, untaian syairnya yang paling menyentuh adalah, "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana".  Bahasanya ringan, maknanya komplet dan mendalam.

Gara-gara membaca sajak "Aku Ingin"  inilah saya mulai respek  terhadap puisi. Meskipun sampai hari ini saya belum pandai menulis puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun