Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ingin Menikmati Sedapnya Daging Tikus? Datanglah ke Negara-negara Ini!

14 Januari 2020   22:00 Diperbarui: 15 Januari 2020   04:24 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tikus (Kompas.com/Francisco Martins)

Di kampung saya, tikus adalah musuh terkejam dalam sejarah perpadian di sawah, sejak zaman nenek moyang sampai sekarang. Apabila hewan-hewan ini ngamuk, dalam semalam mereka mampu menghabiskan padi berhektar-hektar.

Tahun 90an, emak saya pernah meratap panjang di tengah sawah. Soalnya, sehari sebelumnya beliau melihat padi di sawahnya telah matang. Besoknya diajaknyalah beberapa pekerja untuk memanen. Apa yang terjadi? Tanaman padi yang luasnya kurang lebih satu hekter itu ludes dimakan tikus. 

Siapa yang tidak sedih. Sawah yang sudah dimodali dengan tenaga dan uang itu musnah dalam semalam. Sulit dibayang berapa jumlah tikus yang bekerja begitu cepatnya. Tetapi itu adalah fakta.

Tak tahan terus-terusan merugi kerena serangan tikus, sejak puluhan tahun terakhir petani setempat sudah beralih ke tanaman jagung.

Ironisnya di beberapa negara di Asia, hewan penggerek yang dianggap hama dan menjijikkan ini dapat diolah menjadi santapan lezat. Mulai dibuat sate, sampai dijadikan lauk untuk makan sehari-hari. Bahkan telah menjadi hidangan terpopuler di 5 negara berikut. 

1. China
China yang terkenal bisa menyulap hewan apapun menjadi bahan makanan yang digemari banyak orang. Dikatakan warga China bisa mengonsumsi apapun yang ada di darat, kecuali meja. Bisa makan semua yang terbang diudara kecuali pesawat. Dan bisa menyantap apa yang ada di laut kecuali kapal. Makanya, daging tikus bukanlah makanan aneh dan ekstrim di sana.

Salah satu jenis tikus yang terkenal untuk dikonsumsi di China, adalah tikus bambu. Karena selain lebih sedap, kebersihannya terjamin

2. Kamboja
Masyarakat yang hidup di pedalaman Kamboja lebih senang makan daging tikus, dibandingkan daging ayam atau sapi. Popularitas tikus sebagai makanan semakin meroket, terutama di Provinsi Battambang. Orang Kamboja menyebutkan daging tikus ini enak, mirip daging babi.

3. Vietnam
Negara ini terkenal dengan jajanan kaki limanya yang menampilkan aneka serangga, ulat, hingga kalajengking yang dijadikan camilan populer. Warga Vietnam juga suka menyantap daging tikus.

Banyak restoran di Vietnam yang memasok daging tikus, untuk dijadikan berbagai menu olahan. Biasanya tikus yang dikonsumsi adalah tikus sawah yang keluar pada musim banjir. Karena tikus sawah dinilai lebih sehat daripada tikus liar. Per kilonya dihargai Rp 60 ribu.

4. India
Di salah satu pasar tradisional yang ada di Timur Laut India, daging yang laris dan banyak dicari adalah daging tikus. Di sana tikus sudah menjadi hidangan sehari-hari selama berpuluh-puluh tahun. Di pasar tradisional, daging tikus segar yang sudah dikuliti dapat ditemukan dengan mudah.

Para petani sengaja berburu tikus, selain menyelamatkan tanaman mereka, tikus juga dijual di pasar untuk menambah penghasilan. Per kilogramnya dihargai 200 rupee (Rp. 41.400,-).

5. Indonesia
Di wilayah tertentu, orang Indonesia juga gemar makan tikus. Di antaranya di Manado Sulawesi Utara, yang punya kuliner ekstrem dan menarik perhatian. Di wilayah Minahasa, banyak restoran yang memasukkan tikus ke dalam menu makanan. Bahkan tikus sudah dianggap seperti daging ayam atau daging sapi.

Untuk menghilangkan aroma amis, biasanya tikus-tikus ini diolah dengan berbagai rempah khas Indonesia, seperti daun jeruk, kemangi, serai, dan kunyit.

Saya berpikir, alangkah bagusnya negeri yang membutuhkan daging tikus seperti Menado dan Minahasa ini dijadikan pangsa pasar bagi daerah yang populasi tikusnya membludak seperti di kampung saya.

Namun, saya menduga belum banyak orang Indonesia yang siap makan hewan yang divonis sebagai pembawa bakteri dan virus berbahaya dan mematikan ini. Terlebih masyarakat yang tinggal di pedesaan dan sangat fanatik dengan menu tradisional ala nenek moyang.

Kecuali dalam kondisi mendesak. Umpamanya untuk keperluan pengobatan.

Dahulu, teman Emak saya punya anak cowok suka nyolong. Supaya dia berhenti maling, oleh ibunya dikasih dia makan bayi tikus. Dibikin gulai berbungkus daun muda kacang panjang. Ramuan tersebut dia peroleh dari mulut ke mulut. Nyatanya, sampai hampir mati pun dia tetap nyolong.

Saya punya teman Teti, bukan nama sebenarnya. Tahun 90an dia dan suaminya buka warung bakso di sebuah kota kecil. Siang dan malam padat pengunjung. Saking ramainya, mereka mampu membayar beberapa karyawan. 

Belum genap 3 tahun, berhembus kabar bahwa dia menggunakan daging tikus sebagai campuran bola baksonya. Usahanya mendadak bangkrut. Sampai sekarang saya tak tahu lagi di mana keberadaannya.

Zaman itu banyak pedagang bakso kena imbasnya. Baik bakso keliling maupun bakso di warung-warung terkenal. Warga enggan menyantap bakso karena takut terkecoh dengan daging tikus.

Butuh bertahun-tahun untuk meyakinkan masyarakat bahwa isu tersebut adalah fitnah atau hoaks.

Demikian informasi ini saya bagikan. Semoga tiada lagi masyarakat yang ekstrem terhadap makanan yang lazim dikonsumsi oleh komunitas tertentu, dianggap menjijikkan oleh golongan lain. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.

****

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun