Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kelana Butiran Debu

20 Desember 2021   22:40 Diperbarui: 23 Desember 2021   16:51 6756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS/DIDIE SW)

 

Aku ini butiran debu yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Terbang melayang, bergantung pada hembusan angin yang membawaku ke mana-mana. Termasuk ke sebuah pesantren di pinggiran Jakarta seperti siang ini.

Ya, tepat siang ini. Aku menempel pada rambut seorang anak muda yang sibuk berorasi di tengah-tengah lingkaran besar. Beberapa pemuda lain yang kurang lebih sebaya duduk tepekur mendengarkan.

"Mereka sembarangan saja menyebut kita "oknum", Akhi. Oknum santri, oknum orang Islam. Juga menyebut pesantren kita pesantren abal-abal, pesantren radikal. Padahal kitalah pemurni ajaran Islam! Barisan kitalah yang nanti akan terpilih sebagai barisan yang masuk surga, bukan yang lain. KEMENAG itu tahu apa tentang ajaran Islam yang murni. Betul, Akhi?!"

Suaranya bergemuruh penuh amarah. Tangannya mengepal ke udara perlambang semangat muda, darah muda yang menggelegak.

"Betul. Shodaqta, Ustaz!" jawab para pemuda yang melingkarinya kompak.

Agitasi yang mereka sebut "taushiyah" itu terus berlanjut, terus dan terus. Kian lama kian membara. Api dan tombak berluncuran dari lisan tajamnya.

Aku tak kuasa menyimak rentetan kata-kata yang deras meluncur bagai air terjun. Hingga aku terhenyak saat seorang pemuda dari lingkaran menyelak bicara, "Jadi kita berjihad saja ya, Ustaz?!"

"Setuju. Angkat senjata, habisi mereka. Habisi mereka dan antek-anteknya. Habis perkara!" imbuh pemuda yang lain.

"Cincang mereka pade. Makdikipe!"

"Allahu Akbar!" pekik yang lain yang duduk di pojokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun