Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Roti Buaya dan Stereotip Etnis di Indonesia

28 Februari 2021   10:38 Diperbarui: 28 Februari 2021   11:01 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Roti Buaya/Foto: fimela.com

Bahkan film tersebut sempat terancam didemo besar-besaran sebelum beredar di bioskop. Namun, setelah melalui prosedur minta maaf secara adat Batak dan sedikit sensor, akhirnya film itu bertengger dengan aman di jaringan bioskop 21.

Sebetulnya, setelah saya menonton sendiri film itu, bukan hanya soal penyebutan marga Simamora saja yang kontroversial.

Film itu berkisah mengenai seorang aktor nanggung yang diperankan Agus Ringgo yang "terjebak" menebar sperma di mana-mana (menghamili istri sang preman Lamhot Simamora dan juga meniduri adik sang preman Batak tersebut) dan mengangkat latar kehidupan etnis Batak urban di Jakarta, dan menggelar banyak nama marga Batak seperti Sidabutar, Sitanggang atau Panjaitan. Bahkan alat kelamin pria pun dicandai sebagai "Si Poltak".

Yang lebih substansial adalah berbagai stereotip tentang etnis Batak yang bertebaran di film komedi tersebut. Mulai dari perilaku suka makan anjing; senang berdebat dan menyelesaikan persoalan dengan suara keras dan kekerasan; sikap wanitanya yang "agresif" hingga stereotip orang Batak sebagai kaum preman dan mafia perparkiran di Jakarta.

Entahlah kenapa tuntutan sebagian etnis Batak tersebut terhenti hanya sebatas sensor pada penyebutan marga Simamora dalam dialog salah satu karakter.

Sensor yang dilakukan pun sejatinya secara teknis tidak cantik karena kentara betul jeda kosong beberapa detik dalam ucapan si karakter tentang nama sang preman gondrong yang terlibat perebutan lahan parkir dengan kelompok preman asal Timor-Timur.

Keberagaman etnis adalah jembatan penghubung, bukan pagar pembatas

Dengan luasnya wilayah Indonesia yang melebihi luas Amerika Serikat dan termasuk salah satu negara terluas wilayahnya di muka bumi, keberagaman etnis adalah keniscayaan.

Dengan keberagaman etnis dan budaya tak ayal pergesekan sering terjadi. Tidak jarang fenomena alamiah ini berjalin berkelindan dengan intrik politik dan konspirasi ideologis. 

Hanya atas berkah Allah saja negeri tercinta ini tidak pecah berkeping-keping seperti Yugoslavia atau Uni Soviet, misalnya.

Namun entah sampai kapan hal itu bertahan jika kita tidak membangun sikap saling mengerti dan memahami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun