"Nggak tahu terima kasih ya kamu," Mama melotot saat saya menunjukkan wajah tak senang pada T-shirt merah muda yang diberikannya. "Harganya mahal, tahu? Kalau kamu nggak mau, Mama kasih baju yang gambarnya bunga-bunga." (Lelaki yang Menangis, Akar Media, 2007)
Itulah salah satu kisah nyata seorang lelaki yang mengalami kekerasan secara psikologis oleh perempuan yang merupakan ibunya sendiri.
Sementara itu, menurut laporan Equal Employment Opportunity Commission (EEOC), terdapat peningkatan jumlah pengajuan pengaduan pelecehan seksual di tempat kerja yang diderita oleh lelaki di Amerika Serikat. Pada 2015, terdapat 6.822 pengaduan pelecehan seksual yang diajukan oleh kaum lelaki.
"Pelecehan seksual di tempat kerja" didefinisikan oleh EEOC sebagai "iming-iming seksual, permintaan bantuan seksual, dan tindakan verbal atau fisik lainnya yang bersifat seksual yang secara eksplisit atau implisit mempengaruhi pekerjaan seseorang, yang dengan tidak  beralasan mengganggu kinerja kerja seseorang; atau menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, bermusuhan atau menghina".
Dalam versi bahasa Inggris: "Unwelcome sexual advances, requests for sexual favors, and other verbal or physical conduct of a sexual nature that explicitly or implicitly affect an individual's employment, unreasonable interferes with an individual's work performance; or creates an intimidating, hostile or offensive work environment".
Pada dekade 90-an, Michael Crichton, sang novelis Jurassic Park dan The Lost World, mengangkat fakta tersebut dalam novelnya berjudul Disclosure. Novel terbitan 1994 tersebut, yang ditulis berdasarkan kisah nyata seorang pegawai pria di Amerika Serikat, mengisahkan derita seorang lelaki yang dilecehkan dan diintimidasi secara seksual oleh atasannya yang berjenis kelamin perempuan hingga kehidupan pribadi dan kariernya berantakan.
Sederet fakta tersebut mempertegas bahwa perempuan juga manusia, bukan malaikat suci. Ia punya potensi berbuat baik sehingga derajatnya terangkat mulia sekaligus juga berpotensi berbuat buruk hingga terpuruk setara dengan binatang.
Dalam konteks ini termasuk perbuatan bejat sekelompok gangster perempuan dari Afrika Selatan pada 2015 yang menculik dan melecehkan secara seksual para pria tampan untuk diambil spermanya guna kepentingan ritual sekte tertentu. Diyakini sperma dari pria tampan memiliki daya magis yang lebih kuat.
Dalam konteks Indonesia, tingkah polah para cabe-cabean (remaja wanita belia yang tergabung dalam kelompok geng pemotor) yang terlibat dalam aksi pembegalan sadis di kawasan Jabodetabek yang pemberitaannya sempat viral beberapa waktu lalu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!