Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Yahud Menteri Mahfud

18 September 2020   20:40 Diperbarui: 18 September 2020   20:58 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlebih lagi dengan aksi silaturahmi Mahfud menjenguk Syekh Ali Jaber di rumah sakit sehari setelah penusukan dan keduanya sama-sama mengeluarkan pernyataan yang menenangkan suasana dan publik negeri ini.

Setidaknya, setelah manuver Mahfud tersebut yang meresonansikan aspirasi terbesar mayoritas publik, Presiden Jokowi pun terdorong mengeluarkan pernyataan untuk berkomitmen mengusut deretan kasus penyerangan dan penganiayaan para pendakwah dan ulama yang kerap terjadi sebelumnya.

Kendati belumlah berbuah aksi nyata, minimal ada ucapan komitmen yang merupakan janji kesungguhan. Bukankah jika hewan yang dipegang adalah ekornya maka manusia yang dipegang adalah ucapannya? Persoalan ditepati atau tidak tentulah ranahnya berbeda.

Setidaknya hal tersebut menenangkan publik yang sudah lelah didera pandemi corona dan kemerosotan ekonomi yang kian terasa setahun terakhir ini.

Sebab bagaimana pula publik negeri ini tidak bergejolak, yang turut berdampak pada stabilitas ekonomi dan keamanan, jika terus menerus dibombardir pelor-pelor pernyataan Menag Jenderal (Purn.) Fachrul Razi yang "kurang mengenakkan" mulai dari yang menyoal cadar, celana cingkrang, hafiz good looking hingga wacana sertifikasi ulama dalam kacamata kudanya tentang radikalisme?

Ditambah lagi dengan kelakuan serupa dari beberapa menteri lainnya, seperti Menkes Terawan, misalnya, mulai dari meremehkan virus corona hingga menyepelekan jumlah tenaga medis yang gugur dalam perjuangan melawan COVID 19.

Daripada terus menerus berharap agar Presiden Jokowi punya waktu dan nyali untuk melakukan perombakan (reshuffle) kabinet yang dijanjikannya yang masih "janji tinggal janji", bukankah lebih baik kita mendukung figur menteri yang punya potensi?

Dulu di jajaran kabinet kita punya Mendiknas Anies Baswedan dan Menteri KKP Susi Pujiastuti yang berpotensi dan dianggap berkinerja baik, namun, keduanya justru terpental keluar arena. Entah dengan isu "matahari kembar" (Anies Baswedan) maupun karena isu Reklamasi Jakarta (silakan tengok riwayat perdebatan Susi Pujiastuti dengan Gubernur Ahok dan Menteri Luhut Binsar Panjaitan).

Baca Juga: Pembelajaran Daring (Sudah) Memakan Korban, Mau Tunggu Apalagi?

Menerka motif manuver Mahfud

Terlepas dari apa pun motif Mahfud, yang juga mantan ketua Tim Kampanye Pilpres Prabowo pada 2014, lontarannya tentang kentalnya politik uang (money politics) dan politik perbandaran para cukong di pilkada langsung, terutama jelang pelaksanaan Pilkada 2020, dapat diakui cukup menggegerkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun