Mohon tunggu...
Nisrina Haqque
Nisrina Haqque Mohon Tunggu... Pengajar dan pembelajar. -

Seorang pembaca dan pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putri Malu

24 November 2017   21:28 Diperbarui: 24 November 2017   21:32 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau perhatikan lagi bintik hitam di wajahmu yang lonjong. Bintik ini pasti akan hilang suatu saat nanti, pasti!

***

Persoalan bintik hitam segera menguap dari hidupmu karena saat ini wajahmu sudah kembali bersih seperti semula. Kau sangat bahagia, dan cerita-ceritamu tentangnya selalu mengalir setiap malam.

Tetapi kali ini ada suatu perasaan lain dalam dirimu. Sebuah getaran. Kau tahu bahwa kau tak biasa bersentuhan fisik dengan orang lain, terutama dengan lawan jenis. Tidak sebelum ini. Kau tidak menyukai acara cipika-cipiki sebagaimana perempuan lain, dan hanya menganggukkan kepala tanpa salaman bila bertemu lelaki. Lalu dengan mudahnya Alir membentukmu menjadi orang lain.

Semua berawal dari suatu malam di masa lalu. Malam itu hujan. Kau dan dia berteduh di sebuah warung yang sepi. Pemiliknya sedang pergi ke tempat lain ketika kau melihat lelaki itu benar-benar kedinginan. Jaketnya kuyup. Tiba-tiba saja, tangannya merengkuh pundakmu.

Lelaki itu memelukmu.


Begitu erat, seolah kau akan lari darinya jika ia melepaskanmu. Kau tertegun, kemudian kau juga balas merengkuhnya.

"Hei, ada apa?" tanyamu lirih.

Lelaki itu tak menjawab. Tangannya kini meraih jemarimu dan menggenggamnya erat.

Dan kau... kau menikmatinya.

Kau merasakan getaran yang luar biasa dahsyat. Rasanya begitu tenang, hangat, dan nyaman. Oh, seperti inikah cinta? Atau cinta dapat mengakibatkan persentuhan fisik antara kau dan dia dengan sebegitu luar biasanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun