Mohon tunggu...
Nur Muhammad Syaifuddin
Nur Muhammad Syaifuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Nilai Pancasila dalam Penanganan Pandemi Covid-19 serta Pandangan dari Sisi Islam

28 September 2021   14:12 Diperbarui: 28 September 2021   14:49 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Esensi sila kelima, orientasi mewujudkan kesejahteraan sosial harus menjadi panglima dari setiap komponen negara. Bukan kesejahteraan elite, pengusaha, dan pemilik modal.

76 tahun yang lalu Bung Karno dalam pidatonya mengatakan Negara Indonesia yang kita dirikan adalah negara gotong royong. Hal tersebut masih relevan dalam konteks kekinian terkait pandemi covid-19. Nilai gotong royong yang dikobarkan Bung Karno itulah yang saat ini benar-benar dirasakan masyarakat. Dalam menghadapi pandemi covid-19, membutuhkan kebersaman, persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah belah dalam menyikapi upaya penanganan covid-19. Semua ini adalah implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Lalu, bagaimana kita sebagai umat muslim menyikapi situasi saat ini? Selain mematuhi protokol kesehatan sebagai bentuk upaya penanganan wabah covid-19, sebagai umat muslim tentu kita sadar bahwa ini adalah takdir Allah SWT. Karena itu, kita berdoa kepada Allah SWT untuk meminta perlindungan dan kekebalan dari berbagai macam penyakit, salah satunya covid-19. Ada salah satu amalan yang mudah untuk dikerjakan disaat pandemi sekalipun yaitu berselawat.

Selawat tibbil qulub merupakan salah satu cara ampuh untuk mencegah penyebaran COVID-19. Cara ini sangat baik karena mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mengeluarkan surat edaran yang berisi instruksi agar pengurus wilayah NU (Nahdlatul Ulama) hingga pondok pesantren untuk membaca selawat tibbil qulub. Selawat ini diinstruksikan dibaca agar wabah virus corona segera teratasi dan Indonesia dilindungi dari wabah tersebut.

Selawat tibbil qulub atau disebut juga selawat ath thibbiyyah atau selawat Nur Al Abshar berisikan doa untuk memohon kepada Allah dengan berselawat menjadi obat segala penyakit lahir dan batin.

Berikut adalah bacaan selawat tibbil qulub:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

Artinya: “Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya. Semoga selawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para sahabat-sahabatnya.”

Permasalahan yang saya angkat adalah bagaimana kita warga negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam bersama-sama ber-ikhtiar menghentikan penyebaran COVID-19 ini dengan berselawat tibbil qulub, selain menaati protokol kesehatan dari pemerintah.

Terkadang kita sendiri sebagai umat muslim terlalu meyakini bahwa COVID-19 hanya mampu ditekan penyebarannya dengan menaati protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Namun, seharusnya kita berfikir lebih jauh, COVID-19 itu sumbernya darimana sih? Memang benar COVID-19 pertama kali muncul di daerah Wuhan di negara China. Tapi, siapa pencipta COVID-19? Allah adalah Pencipta sekaligus Penyembuh dari semua penyakit di dunia, termasuk COVID-19.

Kita pahami dulu maksud dan tujuan Allah menciptakan dan mendatangkan wabah kepada kita. Maka, orang beriman akan segera mengambil kesimpulan bahwa semua itu datang dari Allah dan kita sebagai makhluk harus meyakini itu dan ini akan menambah keyakinan kita bahwa kehidupan kita ada Zat yang Maha mengatur, bukan semau-maunya kita. Allah SWT menyuruh kita untuk selalu berfikir dan berusaha atau ber-ikhtiar terhadap suatu perkara, bukan langsung menyerahkannya kepada takdir. Ada usaha kita untuk mencari solusi dari sebuah persoalan dan kejadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun