Mohon tunggu...
Nurmalasari
Nurmalasari Mohon Tunggu... Konsultan - Public Health Specialist

Passionate in Youth4Health & Mental Health | SDGs, Social Network, & Indigenous Enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Chandra Pardede: Dari Mentawai, Kejar Mimpi Jadi Dokter Hingga ke Ternate

13 September 2017   13:13 Diperbarui: 16 September 2018   18:13 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Masa Depan Mentawai ada di tangan mereka

Prestasi positif yang tidak hanya Chandra tunjukkan di sekolah namun juga di lingkungan sekitar, membuat Chandra dipercaya menjadi Ketua GP3M pada periode kepengurusan tahun 2015-2016.

Bersama dengan Sahabat Remaja Mentawai, Chandra juga termasuk salah satu Tim Pembaharu Muda dalam Gerakan FCTC untuk Indonesia (Framework Convention on Tobacco Control) di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dimana tim ini bergerak untuk melindungi anak-anak dan remaja dari bahaya rokok, membebaskan Kecamatan Sikakap dari asap rokok.

Chandra juga aktif mengembangkan kemampuan menulis ilmiahnya melalui ajang Kompetisi Karya Tulis Ilmiah baik tingkat regional maupun nasional, serta menjadi Delegasi Kabupaten Kepulauan Mentawai pada ajang Olimpiade Sains kategori Fisika tingkat Provinsi.

Kecerdasan, kepedulian, kegigihan, dan sifat optimisme yang ditunjukkan oleh Chandra menjadi modal besar untuk calon pemimpin di kemudian hari.  Hal inilah yang mungkin dilihat oleh DIKTI, sehingga Chandra Pardede terpilih sebagai salah satu Awardee Bidikmisi Kedokteran Tahun 2017. 

Memperjuangkan Mimpi Besar untuk Mentawai di Antara Keputusasaan

Permasalahan keterbatasan tenaga dokter di Mentawai, tidak hanya bisa dirutuki di media sosial atau surat kabar. Gosip "dokter yang enggan bertugas di Mentawai" atau pelimpahan kesalahan atas kondisi yang ada kepada pemerintah, tidak bisa serta merta diamini, karena hal ini tak akan menyelesaikan masalah sama sekali. Adapun, setiap detiknya kematian yang jumlahnya semakin meningkat karena pelayanan kesehatan yang kurang adekuat dengan ketidakhadiran sosok dokter di antara tangan-tangan penyelamat kiriman Tuhan.

Lantas apa yang harus dilakukan?

Sebagai pemuda yang nama belakangnya sudah mendapatkan gelar sarjana dan terpilih sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs dalam Gerakan Pencerah Nusantara, tentu tidak bisa berpikir sepicik itu. Kecerdasan IQ dan EQ diuji di sini.

Hal pertama yang terpikirkan adalah advokasi adanya tenaga dokter. Namun, saat supply dari luar nyatanya sangat kecil, dimana demand semakin waktu semakin besar, maka harus putar otak sekali lagi, bagaimana caranya Mentawai bisa memiliki tenaga dokter yang cukup untuk melayani kesehatan masyarakat Mentawai.

Bonus demografi adalah jawabannya. Seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, Mentawai memiliki potensi besar dari sisi jumlah calon SDM produktif, yakni usia anak-anak. Saat supply dari luar sangat kecil, mengapa tidak supply tenaga dokter dipenuhi dari dalam Bumi Sikerei sendiri, walaupun tentunya hal ini tidak akan bisa menjawab persoalan saat ini, tapi di masa depan?

Hasutan-hasutan positif ini pun saya dan kawan-kawan di Pencerah Nusantara sebarkan kepada anak-anak Mentawai, termasuk Chandra Pardede, hingga akhirnya dia membulatkan tekad bermimpi menjadi Dokter Pertama dari Pulau Pagai Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun