Dalam arus modernisasi dan digitalisasi yang begitu pesat, nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas sering kali terpinggirkan, khususnya dalam kehidupan anak-anak di daerah pedesaan. Di tengah tantangan tersebut, penguatan karakter religius melalui pendidikan Al-Qur'an menjadi urgensi yang tak dapat ditunda. Inilah yang menjadi dasar kelompok KKN Reguler 10 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya hadir di TPQ Ittihad Ummah, Desa Nogosari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Melalui kegiatan bertajuk "Pengajaran Ilmu Al-Qur'an bagi Santri TPQ Ittihad Ummah Desa Nogosari", mahasiswa tidak hanya menjalankan kewajiban akademis dalam bentuk pengabdian masyarakat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang menanamkan nilai-nilai patriotisme melalui pendekatan religius. Program ini menunjukkan bahwa cinta tanah air bukan hanya soal simbol dan seremoni, tetapi juga mencakup kepedulian terhadap pendidikan moral dan spiritual generasi penerus bangsa.
Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung pada 19 Juli 2025 ini difokuskan pada pendampingan santri dalam membaca Iqra' dan Al-Qur'an serta memperkenalkan dasar-dasar tajwid. Mahasiswa KKN hadir sebagai fasilitator pembelajaran yang menyenangkan, menggabungkan metode interaktif dengan permainan edukatif Islami yang mampu menggugah semangat belajar anak-anak. Pendekatan ini terbukti efektif dalam membangkitkan motivasi, terutama bagi santri yang sebelumnya kurang percaya diri dalam membaca huruf hijaiyah.
Dibalik keterbatasan waktu yang hanya satu hari, semangat dan antusiasme anak-anak menjadi cermin keberhasilan kegiatan. Lebih dari sekadar transfer ilmu, interaksi antara mahasiswa, santri, dan pengurus TPQ menciptakan suasana kebersamaan yang memperkuat hubungan sosial masyarakat. Ini sejalan dengan semangat KKN Patriotisme: membangun bangsa dari desa melalui nilai-nilai luhur yang hidup dalam masyarakat, seperti keagamaan, gotong royong, dan solidaritas.
Tak hanya memberi manfaat kepada anak-anak, kegiatan ini juga menjadi proses pembelajaran berharga bagi mahasiswa. Terjun langsung ke tengah masyarakat, mahasiswa belajar bagaimana menyampaikan ilmu dengan empati, menjawab kebutuhan lokal secara nyata, dan membangun kolaborasi lintas peran demi tercapainya tujuan bersama.
Namun, dari kegiatan ini juga muncul refleksi kritis terhadap kondisi TPQ yang masih menghadapi tantangan seperti minimnya tenaga pengajar, kurangnya variasi metode belajar, dan keterbatasan sarana belajar. Hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas, untuk bersama-sama mendukung keberlangsungan pendidikan agama di tingkat akar rumput.
Kegiatan sederhana ini menegaskan bahwa pengabdian tidak harus berskala besar untuk memberi dampak. Satu hari mengajar, satu pelajaran tajwid, satu senyum santri yang bangga bisa membaca ayat suci, adalah langkah kecil yang berarti dalam membangun Indonesia yang berkarakter dan bermartabat.
Membangun generasi Qur'ani bukan hanya tanggung jawab orang tua atau ustadz-ustadzah di TPQ, tetapi juga menjadi panggilan bagi kaum intelektual muda, termasuk mahasiswa. Di sinilah letak nilai sejati dari Kuliah Kerja Nyata, mengabdikan ilmu demi kemaslahatan masyarakat dan menjadikan desa sebagai laboratorium sosial tempat nilai-nilai patriotisme tumbuh dari akar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI