Mohon tunggu...
Nurma Afifa
Nurma Afifa Mohon Tunggu... Penulis

Nurma Afifa adalah seorang penulis dan pendidik dengan latar belakang pendidikan di bidang bahasa asing lulusan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Saya telah mendedikasikan karier saya untuk menginspirasi dan memotivasi melalui tulisan. Saya berusaha menyampaikan pesan-pesan yang menggugah dan memberikan perspektif baru tentang kehidupan dan tantangan yang dihadapi.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Beyond Skincare: Merawat Diri di Era Burn Out

17 September 2025   07:56 Diperbarui: 17 September 2025   07:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Close-up Photo of a Woman Applying Facial Cream Photo by Polina Tankilevitch on Pexels. 

Skincare Aja Nggak Cukup: Self-Care untuk Bertahan di Era Lelah Kolektif

Oleh: Nurma Afifa

Di tengah derasnya arus informasi, self-care tak lagi sekadar rutinitas pribadi. Ia telah bertransformasi menjadi komoditas komersial yang semakin kehilangan makna asli, dengan bukti 'perawatan diri' kini diukur lewat konsumsi.

Self-care menjelma menjadi istilah populer yang identik dengan skincare, me-time, dan ritual perawatan tubuh lainnya. Di media sosial, self-care kerap kali dikemas dalam bentuk lilin aromaterapi, staycation, coffe break di tempat mewah. Namun, pemahaman ini terlalu sempit. Makna merawat diri tak sesederhana itu. Self-care direduksi menjadi aktivitas konsumtif yang mudah dipasarkan, sementara aspek yang lebih krusial---seperti kesehatan mental, regulasi emosi, dan kebutuhan akan istirahat yang sehat---justru terabaikan.

Self-care semestinya mencakup dimensi yang lebih utuh. Dalam jurnal American Psychologist, Dr. Roger Walsh (2011) menyebutkan bahwa perubahan gaya hidup terapeutik---seperti tidur cukup, olahraga rutin, hubungan sosial yang sehat, dan perhatian terhadap kondisi psikologis---berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan mental. Ini adalah pendekatan yang lebih mendalam dibanding sekadar rutinitas konsumtif. Self-care tidak melulu tentang memanjakan diri tetapi juga keberanian untuk memenuhi kebutuhan psikologis secara jujur.

Di tengah tekanan budaya produktivitas yang intens, penting untuk menyadari bahwa merawat diri tak cukup hanya dari penampilan luarnya. Seharusnya mencakup perawatan yang utuh: fisik, mental, dan emosional.

Self-care di Tengah Tekanan Budaya Produktif

Kita hidup di zaman di mana memaknai produktivitas menjadi status simbol yang melekat. Semakin padat pekerjaanmu, semakin bernilai hidupmu di mata orang lain. Hustle culture mendorong kita untuk selalu bergerak, bahkan ketika tubuh dan pikiran dalam keadaaan sedang tidak baik-baik saja. Saat ini, menjadi produktif bukan lagi soal pilihan, tetapi kewajiban yang tersembunyi di balik layar kehidupan. Sebuah survei dari Katadata Insight Center (2022) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen Gen Z di Indonesia mengalami stres karena tekanan akademik dan tuntutan sosial untuk "menjadi sesuatu" secepat mungkin. Dampak dari hustle culture, seperti burnout, kecemasan, depresi, bukan lagi fenomena langka, melainkan telah menjadi bagian dari realitas kolektif.

Self-Care yang Lebih dari Sekadar Skincare

Skincare menjadi ritual simbolis dalam budaya modern. Di tengah tekanan budaya visual yang mendominasi ruang publik, standar kecantikan dan perawatan diri semakin diperkenalkan sebagai tolak ukur kesuksesan pribadi. Ia bukan lagi sekadar menjaga kebersihan kulit atau merawat diri secara fungsional, melainkan perlahan menjelma menjadi cermin di mata publik: bukan tentang kulit yang terawat, tetapi juga tentang bagaimana kita secara halus tunduk pada versi industri. Padahal, self-care tidak hanya terbatas pada penampilan luar, seperti seberapa mulus kulit wajah kita atau seberapa sehat rambut kita. Merawat diri seharusnya mencakup perawatan mental dan emosional yang jauh lebih mendalam. Mengandalkan skincare semata hanya menciptakan ilusi kesejahteraan, sementara sisi internal kita---stres, kecemasan, dan kelelahan---seringkali terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun