Mohon tunggu...
Nur Laila Oktafiani
Nur Laila Oktafiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah jembatan memperoleh pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Asih Tapi Kandi

9 November 2023   14:40 Diperbarui: 9 November 2023   14:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terik matahari tidak menyurutkan gadis yang memiliki rambut sepundak itu membentangkan panahnya. Sri Kandi Wiatmaja atau biasa dipanggil Kandi adalah salah satu siswi di SMA Negeri Bintara 2 yang memiliki lesung di kedua pipinya dan dikenal sifat tomboy, bahkan Kandi memiliki sabuk merah taekwondo dan hobi memanah. Saat ini Kandi sedang berlatih memanah untuk mempersiapkan diri mengikuti kompetisi memanah yang akan diadakan bulan depan. Hal itu yang membuatnya tetap berlatih meski cuaca begitu panas dan peluh membasahi dahinya, dia tetap berjalan menuju lapangan untuk melihat anak panah yang tertancap di sasaran. Anak panah tersebut berada di lingkar sembilan. Meski tidak mendapat hasil maksimal gadis itu mengambil anak panah tersebut dan berjalan menuju posisi awal untuk mulai membentangkan panahnya. Ketika hendak melepaskan anak panahnya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Membuat anak panah tersebut melenceng dari target sasaran.

"Hoi Ndi, latihan dari kapan?"

Dia segera menoleh sambil menajamkan pandangannya ke arah seseorang yang mengagetkannya. Ternyata itu Sekar teman sebangkunya.

"Apa sih bikin orang kaget aja, ini gara-gara kamu panahku jadi meleset." Sahut Kandi dengan nada sebal.

"Weis, kalem mbak bro kalem. Udah latihannya, mending sekarang ke kantin aja yuk." Kata Sekar.

Akhirnya Kandi pun membereskan peralatan panahnya dan memasukkannya ke dalam loker. Kemudian dia bersama Sekar menuju ke kantin. Sesampainya di kantin Kandi segera mencari meja sedangkan Sekar memesan makanan. Saat duduk sambil menunggu Sekar, Kandi mendengar obrolan meja sebelah yang sedang membicarakan film Sri Asih, film yang booming tahun ini. Meski Kandi tidak terlalu menyukai film, tapi dia tahu Sri Asih adalah salah satu film tentang pahlawan super wanita yang memiliki kemampuan untuk terbang dan pandai mengalahkan musuh-musuhnya.


"Guys kalian percaya gak kalo Sri Asih itu beneran nyata?" Kata gadis di meja sebelah.

"Aku sih enggak percaya, masak ada orang yang bisa terbang." Sahut temannya.

"Eh tapi kalo beneran ada hebat dong, Sri Asih bisa membasmi kejahatan."

"Wah iya bener juga, mana Sri Asih cantik banget. Aku jadi pengen kayak dia deh. Sudah cantik, kuat, suka nolongin orang lagi."

"Iya makasih, aku emang cantik kok." Sahut gadis itu.

"Sri Asih woi bukan kamu." Protes temannya.

Kandi yang sedang serius mendengarkan obrolan tersebut tidak menyadari kehadiran Sekar membawa makanan mereka.

"Woi Ndi, ngelamun aja. Ini makanannya udah dateng, buruan makan keburu dingin." Kata Sekar.

"Eh iya Kar, makasih." Jawab Kandi dan segera menyantap nasi goreng tersebut. Dalam pikirannya dia membayangkan andai dia bisa seperti Sri Asih yang memiliki kemampuan terbang dan bisa mengalahkan para penjahat di luar sana. Pasti akan menjadi petualangan yang seru baginya. Selesai menyantap makanannya Kandi dan Sekar segera menuju ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Pelajaran terakhir telah usai murid-murid segera membereskan bukunya dan bersiap pulang. Kandi yang telah membereskan bukunya berjalan menuju ke loker tempat ia menyimpan peralatan memanahnya. Ya itu adalah rutinitas Kandi sebelum pulang, ia selalu membawa pulang peralatan memanahnya. Jarak rumah Kandi dan sekolahan tidak begitu jauh, hal itu yang membuat Kandi memilih berjalan kaki menuju rumahnya. Kandi berjalan sambil bersenandung kecil, ketika melewati gang dekat ruko di samping pertigaan Kandi melihat beberapa preman sedang memalak anak SMP, awalnya Kandi hanya melihat sekilas dan lanjut berjalan, namun dia merasa harus menolong anak tersebut. Dia pun segera menghampiri para preman itu.

"Hei! Kalian jangan ganggu anak itu." Seru Kandi.

"Heh, siapa lu? Berani-beraninya ganggu kita. Sana minggir!" Jawab preman berambut jabrik.

"Gak, aku gak bakal pergi sebelum kalian lepasin anak itu." Jawab Kandi.

"Wah ni anak gak ada takutnya sama kita, sini serahin duit lu." Kata preman dengan kelapa plontos.

Segera preman itu menghampiri Kandi dan mencoba merampas tas yang dibawa Kandi. Akan tetapi Kandi segera menghindar dan menjotos pipi preman yang berusaha merampas tasnya. Melihat temannya terkena jotosan, preman berkepala plontos itu mencoba menendang tubuh Kandi. Kandi dengan cepat menangkis tendangan itu dan segera mengambil posisi meraih lengan preman kemudian membantingnya. Preman yang sedang memegang anak SMP dengan cepat membantu temannya. Dan akhirnya ketiga preman tersebut mengkroyok Kandi. Perkelahian itu berlangsung sengit, salah satu preman mengeluarkan pisau dari jaketnya dan mengarahkan pisau tersebut ke Kandi, di saat Kandi sedang menghadapi kedua preman. Anak SMP yang melihat itu segera berteriak.

"Kakak, awas di belakang." Teriak anak SMP.

Dengan cepat Kandi menghindar dan berguling ke tanah, Kandi segera mengambil anak panahnya dan mengarahkan ke preman itu. Suttt ... dengan tepat panah Kandi berhasil mengenai jakun preman tersebut sehingga pisau yang dibawanya terlepas. Kemudian Kandi cepat mengambil panah dan hendak mengarahkan panahnya ke preman berambut jabrik. Namun secara tiba-tiba teman lain mengambil panah Kandi kemudian menginjaknya sampai rusak. Kandi yang melihat panahnya dirusak menjadi marah dan menghajar preman itu sampai babak belur. Ketiga preman itu pun melarikan diri.

Kandi berjalan mengambil panahnya yang rusak dan menghampiri anak SMP itu.

"Kamu gak papa dek? Ada yang luka gak?" Tanya Kandi.

"Aku gak papa kak. Makasih kakak sudah nolong aku. Kakak keren banget melawan para preman itu." kata anak SMP.

"Iya sama-sama dek, udah sana cepet pulang nanti orang tuamu khawatir." Kata Kandi

"Iya kak, namaku Bunga. Kakak hebat deh kayak Sri Asih. Kakak pahlawanku." Sahut Bunga.

"Bukan Asih tapi Kandi. Nama kakak Kandi dek." Jawab Kandi.

Setelah mengobrol dengan Bunga, Kandi melanjutkan perjalanan pulang. Seminggu kemudian, pagi itu Kandi berjalan menuju kelas, dia melihat teman-temannya fokus pada hape masing-masing. Kandi yang penasaran pun menghampiri Sekar dan bertanya.

"Pagi Kar, itu pada ngapain sih? kok liat hape semua?" Tanya Kandi.

"Ini loh Ndi, ada video viral siswi SMA kita ngehajar preman." Jawab Sekar.

Kandi pun segera melihat hape Sekar yang menampilkan perkelahian siswi dengan preman, Kandi merasa terkejut ternyata video tersebut adalah dirinya yang minggu lalu berkelahi melawan preman.

"Eh tapi Ndi, kalo diliat-liat kok siswi yang ngelawan preman itu mirip kamu ya?" Tanya Sekar.

"Hmm ... iya itu memang aku." Jawab Kandi dengan nada pelan.

Sekar yang mendengar jawaban Kandi refleks berteriak.

"Apa itu beneran kamu Ndi?" Teriak Sekar.

Karena teriakan Sekar teman-teman yang lain pun segera menghampiri Kandi dan menanyakan cerita lengkapnya. Setelah menceritakan secara singkat, kabar Kandi mengalahkan preman itu tersebar ke seluruh sekolah, bahkan sampai ramai di media sosial. Hal ini karena video hasil cctv Kandi melawan preman itu banyak disebar ke berbagai media sosial yang membuatnya trending dan viral. Respon netizen begitu positif dan menyebut Kandi seperti Sri Asih pahlawan wanita yang menumpas kejahatan. Kandi yang melihat bahwa dirinya disebut-sebut sebagai Sri Asih pun mengomentari bahwa dia bukan Sri Asih tapi Sri Kandi.

Karena viralnya Kandi, pihak sekolah memanggil Kandi dan menanyakan kebenaran peristiwa itu. Kandi pun menceritakan semua secara lengkap sampai dia menyampaikan bahwa dia tidak bisa mengikuti kompetisi memanah bulan depan karena peralatan memanahnya rusak. Pihak sekolah yang mengetahui bahwa panah Kandi rusak saat melawan para preman. Memberikan Kandi satu set peralatan memanah kepada Kandi, mereka juga memberikan penghargaan kepada Kandi, mereka bangga Kandi menolong orang lain dan berani melawan para preman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun