Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kifarat Cinta

18 Maret 2023   03:34 Diperbarui: 18 Maret 2023   03:50 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari pada kamu jadi perawan tua!"

"Dia sudah mempunyai anak, Ma. Aku akan memiliki anak tiri!" teriak Adiz panik. Kenapa sih mama tak mengerti perasaanku, batinnya.

"Anaknya baru satu, masih lima tahun. Apa lagi yang kamu pikirkan? Jangan menunggu bayangan, Diz." Kata-kata mama sungguh mengecewakan.

"Mama keterlaluan! Mama benar-benar keterlaluan!" teriak Adiz lalu mengambil kunci motor matic dan memacunya hingga ke tepi pantai ini. Tak dihiraukannya lagi panggilan mama meneriakkan namanya.

Siapa yang salah ya Tuhan? Apakah semua ini ujian ataukah azab? Sungguh, dulu aku pernah bersumpah, Jika semua ini soal cinta dan rasa aku tak keberatan menebus nyawa sebagai kifaratnya. Tapi Pak Pur? Asaghfirullah .... Hati Adiz terus bertanya-tanya dalam hati.

Hari terus beranjak malam. Senja yang kuning kini telah berubah gelap. Adiz pun berdiri dan membersihkan kakinya dari pasir yang menempel. Ia menaiki motor maticnya dan menstarternya pulang.

Pikirannya yang kalut dan suasana hati yang tengah resah membuatnya kurang konsentrasi dalam mengendarai motor kesayangannya. Ia hampir saja menyenggol sebuah sedan yang akan berbelok di depannya.

"Woy, hati-hati dong!" teriak pemuda di balik setir.

"Kalau nggak bisa naik motor, jangan naik, tauk!" teriak pasangannya yang duduk di samping pemuda di dalam sedan itu. 

Tangannya ia lambaikan kepada mereka tanda meminta maaf. Namun sedan itu malah mendahuluinya berbelok sambil menyalakan lampu yang menyilaukan pandangan. Sejenak ia kehilangan keseimbangan. Ia tak tahu harus meneruskan motornya ke mana. Untung saja masih sempat melarikan motornya ke pinggir.

Treeet!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun