Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Korban Talak Tiga 7

15 Februari 2023   02:18 Diperbarui: 15 Februari 2023   02:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Part 7

"Ya ampun, Kak, kenapa baru nelepon sih?" semprot Yumna saat Karina menghubunginya.

"Yum," potong Karina.

"Kan udah kubilang, kalau pergi tuh bilang. Ibu kuatir banget tauk.  Anak-anak juga dari tadi nanyain mulu." Gadis itu kelihatan kesal tanpa mengetahui keadaan Karina yang sebenarnya.

Tak lama Karina mendengar suara Ibu. Hampir saja ia menangis, tapi dikuatkannya hati.

"Maaf, Bu. Karina lupa tadi ada lemburan sebentar." Kristal bening tak mampu ia tahan mengalir dari sudut mata, membohongi ibu padahal baru saja terjadi hal yang sangat memukul jiwa.


Sesampai di rumah, Karina lantas menyapa ibu dan dua anaknya yang masih menonton televisi. 

Kemudian ia pamit masuk kamar, menjenguk si bungsu yang sudah tidur, dengan alasan capek. Sebelumnya, ia sempat membisikkan sesuatu pada adiknya.

"Yum, ke kamar sebentar." Ia berbisik begitu agar tak terdengar ibu.

Di kamar, Karina mengatakan semua yang terjadi kepadanya barusan. Yumna mendengarkan semua penuturan Karina. Tak ada yang disembunyikan lagi karena hanya Yumna tempat berbagi. 

Gadis itu memandang kakaknya dengan iba kemudian berjanji tak akan memberitahukan hal tersebut kepada wanita yang telah melahirkan mereka.

"Kakak harus bagaimana sekarang, Yum?"

"Kurang ajar si Angga. Kita nggak boleh diam, Kak."

"Apakah Kakak harus pindah kerja?" tanya Karina.

"Menurutku jangan. Angga harus menerima ganjarannya dulu."

"Apa yang akan kamu lakukan, Yum?"

Gadis itu diam. Dia membisikkan sesuatu kepada kakaknya yang lantas mengangguk-angguk dan tidur.

Esoknya di kantor, Yumna segera menemui Heri di ruangannya. Ia mengatakan semuanya pada lelaki itu sehingga tanpa sadar, lelaki jangkung itu menampar meja.

Prakkk!

"Sudah kuduga, dia biang keladinya." Gusar sekali kelihatannya saat ia ucapkan kalimat itu.

"Saya dendam, Pak. Kakak saya orangnya lemah, tapi saya tidak. Saya tidak bisa tinggal diam."

"Kamu benar, Yum." Heri duduk sambil melonggarkan dasi. Rasanya tenggorokannya seperti tercekik sesuatu sejak mendengar penuturan Yumna.

"Jadi, saya mohon bantuan Bapak," pinta Yumna dengan wajah memelas.

"Bagaimana rencanamu?" tanya lelaki itu mendekatkan tubuh kepada Yumna agar dapat lebih intens mendengarkan.

"Begini rencana saya," ungkap Yumna pelan sesudah menengok kanan kiri, agar suaranya tak didengar orang selain mereka berdua.

Heri mengangguk-angguk.

"Aku setuju," katanya. "Baik, akan kulaksanakan hari ini juga."

Yumna keluar ruangan sambil berucap terima kasih.

Yumna memberi kode pada kakaknya bahwa Pak Heri akan memulai aksinya sore nanti seulang bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun