"Nanti kalau punya uang bantu masukkan setiap hari berapa saja ya Ning?" pinta Mbah Rukmo tersenyum. Yuni mangangguk.
"Belum nanti dikasih sama Ranti sama Yandi. Mudah-mudahan nggak sampe setahun udah bisa terkumpul delapan belas juta."Â
Yuni terdiam, namun segera mengaminkan ucapan ayahnya.
"Taruh di sana, Ning, di dalam buffet dekat Al-Qur'an."
Yuni mengerjakan apa yang disuruh ayahnya.
^^^^
Setiap malam sebelum tidur, Mbah memegang kotaknya.
"Mana kotaknya, Ning?' pinta Mbah Rukmo pada Yuni. Segera diraihnya kotak umroh dari tangan anaknya. Didekapnya erat-erat. Lalu mulai bibirnya menggumam.
"Labbaikallohumma labbaik..." Mbah Rukmo tertidur pulas.
Diam-diam Yuni dan Kirno menghubungi Ranti dan Yandi. Disepakatilah mereka bertiga yang akan menanggung biaya umroh Bapak. Kirno meminjam dari Koperasi Pasar enam juta. Mulanya pihak koperasi kurang yakin tapi Yuni dan Kirno menjelaskan untuk apa keperluan uang tersebut. Akhirnya kepala Koperasi Pasar tersentuh dan menyetujuinya. Sedangkan Ranti meminta didahulukan dalam arisan. Semua peserta arisan di wilayah rumahnya menyetujui setelah Ranti mengatakan tujuannya. Enam juta nanti akan dibayar dari sisa belanja harian yang diberi suaminya. Sementara Yandi meminjam pada istrinya setelah lima kali merayu wanita anak tunggal orang kaya itu.
Delapan belas juta sudah terkumpul. Bukan main girang Mbah Rukmo. Mbah Rukmo bisa berangkat umroh.