Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Chofidah dan Covid

21 Oktober 2020   01:55 Diperbarui: 23 Oktober 2020   00:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                       Image from : tirto.id

"Berzikirlah  (ingatlah)  kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu ! " (QS:Al Baqarah; 152)

Namaku Chofidah, memang demikianlah namaku. Aku ceritakan kembali perjamuanku bersama Covid-19.Perjamuan dua mahluk Allah swt, Chofidah dan Covid . Aku mencoba melakukan introspeksi diri, bagaimana caranya si Covid-19 membobol benteng pertahanan protokoler kesehatanku. Setiap keluar rumah aku senantiasa bermasker. 

Didalam tas senantiasa tersedia hand sanitizer. Untuk urusan cuci tangan pakai sabun, sejak sebelum pandemi pun aku termasuk orang yang rajin mencuci tangan pakai sabun dimanapun berada. Jaga jarak dan bersalaman, kedua hal tersebut sejak awal pandemi memang aku taati. Lalu mengapa si Covid-19 bisa menyusup di tubuhku ?  

"Sudahlah dik Chofid, jika adik cari bagaimana caranya si Covid-19 hadir ke tubuhmu. Persoalan itu tak akan pernah selesai. Justru dik Chofid jadi tak focus untuk pemulihan," ujar abang.

Akupun terhenyak dengan ucapan itu , bukankah aku telah belajar ikhlas, tawakal serta terus husnuzon dengan semua kondisi ini. Akhirnya kuputuskan untuk konsentrasi pada pemulihan kesehatanku.

Namaku Chofidah, jurus ketiga yang kutempuh adalah hadirkan suasana bahagia. Emosi positif yang namanya bahagia rasanya kontras dengan kondisi yang aku alami. Ketika si Covid-19 hadir ke tubuhku dan membuatku merasa kotor, jijik, bervirus, sakit dan banyak lagi hal negatif yang kualami. Namun disisi lain aku harus mencoba untuk hadirkan emosi positif pada jiwaku juga pada tubuhku secara utuh, bisakah kau lakukan Chofidah ?. 

Aku yakin aku bisa, dengan ijin Allah swt apa yang tidak bisa dilakukan. Zikir...ya zikrullah membuatku tenang dan bahagia. Setiap mulutku melafalkan  Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah allahu akbar ....  hatiku merasa tenang. Setiap mulutku melafalkan Astaghfirullahaladzim  .......hatiku merasa nyaman . 

Setiap mulutku melafalkan  Allahumma sholi ala muhammad........ hatiku merasa damai. Aku merasa haqul yakin, Allah swt akan mendengarku melalui sholat, doa , zikir juga amal kebaikan yang kulakukan karenaNya. Selain itu sebagai ujud atas segala qadarNya,  aku tetap harus bersyukur dan bahagia apapun keadaanku. Bersyukur dalam sujud panjang yang lama ketika sholat, tak hanya berdampak menenangkan namun juga menjadi terapi agar lendir/dahak terkumpul sehingga lebih mudah dikeluarkan. 

Aku mencoba tersenyum, tertawa, gembira bahkan kegembiraan itu secara ekstra aku hadirkan melalui canda lucu dengan abang dan anak-anak juga melalui tayangan film lucu, menikmati coklat hangat, olah raga, berjemur di matahari, pelukan jauh dengan abang. 

Ya, Alhamdulillah aku berhasil. Hormon bahagia (1) mulai membanjiri tubuhku. Hormon dopamin, serotonin, endorphin dan oksitosin  hadirlah ke tubuhku......hadirlah ke jiwaku. Dengan ijin Allah swt , hormon bahagia  ini secara perlahan membantuku untuk bisa senyum dan kuat hadapi hari-hari isolasi mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun