Raga yang sehat akan  mendukung terjadinya sirkulasi energi yang lancar sehingga mudah mencapai kesehatan secara utuh. Tidur nyenyak dan cukup juga salah satu kunci agar seseorang sehat[6].  Adapun kesehatan jiwa yang perlu dibangun adalah karakter atau jati diri anggota keluarga yang meneladani karakter para rasul utusan Allah swt khususnya Rasulullah Muhammad saw merupakan uswatun hasanah kita dalam berkeluarga.  Membangun karakter sehat mental yang islami dapat berpola pada rukun islam                                         Â
4). Membangun iklim non agresif , secara jujur kita akui bahwa model perilaku non agresif semakin langka di zaman ini. Penelitian Donnerstein & Â Donnerstein pada tahun 1976 (dalam Hanurawan, 2004) ditemukan bahwa individu yang mengamati perilaku model non agresif menunjukkan tingkat agresi yang lebih rendah daripada individu yang tidak mengamati perilaku model non agresif. Utuk itu orang tua dan masyarakat secara luas dapat mensosialisasikan kembali pentingnya hidup tentram , damai dan non agresif untuk mendukung hal ini.
5). Membangun' Caring Society 'dengan  iklim Cerdas Emosi & Cerdas Spiritual (reelig, agama) : Memasukkan variabel kepedulian secara psikologis maupun sosial dalam pembangunan desa. Memberdayakan institusi yang ada baik yang bersifat umum atau keagamaan  untuk membangun masyarakat yang peduli. Aparatur desa dan perangkatnya dapat lebih proaktif terhadap anggota masyarakatnya sehingga dapat memotret lebih awal segala situasi dan kondisi yang mungkin terjadi. Dialog yang cerdas emosi dan spiritual (keterpaduan kesalehan individu & sosial), 6). Memahami akses informasi & melakukan pelaporan jika terjadi KDRT atau kekerasan lainnya.Â
...........................................................................
Berkeluarga itu mencari bahagia,
Sehingga sejak awal benang & jarum yang kita pilih karena cinta
Memintal tenun perjalanan kehidupan
Menebar karya dan ceria
Untuk selanjutnya  menuju kesana
REFERENSI
Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 95.Â
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205698-pengertian-kekerasan-dalam-rumah-tangga.
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga,Renika Cipta, Jakarta, 2002
Evans, P. (2006). The Verbally Abusive Man, Can He Change: A Guide for Women to Deciding to Stay or Go. Adams Media: Massachusetts.
Menguak sebab Laki-Laki melakukan KDRT, Sri Yulita Pramulia Panani, Rifka Annisa, Februari 2013
Murray A. Straus . (1999) Violence in Intimate Relationships. Saduran dari website