"Tapi ..."
Anya memelukku. Kurasakan detak jantung kami saling bertindih. Degupnya membentuk irama. Kami akan merasakan rindu yang sama untuk beberapa lama.
"Segeralah kembali ke sini, Mas. Aku menunggumu di Pulau Buru."
Pucuk-pucuk pohon kelapa berkilat tertimpa sinar matahari tampak menjauh dari pandangan mata. Awan kelabu kembali tersibak, pesawat yang kutumpangi meninggalkan Namlea, namun hatiku tertinggal disana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!