Mohon tunggu...
Nuriah Muyassaroh
Nuriah Muyassaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Penulis adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan akuntansi yang menekuni dunia kepenulisan baik fiksi maupun non fiksi. Penulis juga berpengalaman menjadi penulis freelance di salah satu media online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengabdian di Tanah Pelosok

2 Februari 2019   21:50 Diperbarui: 2 Februari 2019   22:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa hubungannya sama tahu? Tahu itu makanan, Dimas," Tanggap Adev tak serius. Lalu ikut tertawa melihat ekspresi Dimas yang kebingungan. Oh ya, sebelum memulai pelajaran, aku dan Adev sudah membagikan name tag agar mereka menuliskan nama dengan menempelkannya di dada. Sehingga kami lebih mudah mengenali satu per satu dari mereka.

"Ih, Dimas makanan mulu pikirannya, Kak," Sela Cahyo, siswa yang duduk berpasangan dengan Dimas dan memiliki postur tubuh yang berbanding terbalik dengannya. Cahyo lebih mungil daripada Dimas yang berbadan besar dan kekar, tapi kenakalannya tak jauh beda.

"Lapar belum sarapan, Kak. Aku beli makan dulu ya, Kak," sahut lagi Dimas yang nekad beranjak berdiri untuk keluar kelas. Tapi, Adev menarik tangannya lebih dulu dan menyeretnya duduk kembali.

"Kalau sudah masuk kelas, kita tidak boleh makan. Karena ada waktunya sendiri, yaitu istirahat nanti. Baik, ya.. kakak langsung perkenalan diri saja. Perkenalkan nama kakak, Hania Fatma, bisa kalian panggil Kak Hania. Ayo coba sapa kakak....."

"Halo kak Hania....."sapa mereka serentak dengan memanggil namaku. Entahlah, seperti ada rasa bahagia saat mendengarnya.

"Kalau kakak yang laki-laki ini siapa, Kak?" Tanya Nia, salah satu siswi yang duduk bersebelahan dengan bangku Dimas dan Cahyo.

"Ngapain sih, kamu tanya-tanya, kamu naksir sama kakaknya ya?" Dimas kembali menyela, anak yang satu ini memang tidak pernah bisa diam.

"Ciyeee... Nia," Teman-teman perempuannya sama menggodanya, Nia hanya tersenyum dan tersipu malu.

"Heh, Nia. Kamu itu jelek, kakaknya nggak mungkin mau sama kamu," sahut Dimas dengan kasar tanpa peduli Nia akan sakit hati atau tidak karena celaannya itu.

"Ih, Nia kebanyakan nonton film, Kak. Nggak pernah belajar.... huuuuuuu," Cahyo tak mau ketinggalan menyerang Nia. Wajah Nia berubah cemberut dan memalingkan wajahnya.

Adev pun beralih posisi ke depan kelas sambil tersenyum lebar melihat tingkahnya. Malah sepertinya dia berusaha memendam tawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun