"Tidak lagi, Al, aku yang miskin ini hanya akan menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti itu."
"Kamu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan, bukan?"Â
"Ya, aku tahu, itu satu-satunya jalan yang belum ku coba, tapi apakah pantas, Al?"Â
"Sangat pantas, Sukma."
"Ayok," ajakku, menembus gerimis menuju mushola terdekat.Â
"Masa depan senyata perkataan, Sukma, jadikan doa dan dzikir sesuatu yang akan menyelamatkan. Tidak ada yang sulit, jika kamu yakin bisa dan mampu melewatinya. Shalat dan berdoalah, ini bukan jalan terakhir tapi jadikan jalan pertama untuk mengubah apapun yang menyakitimu."Â
Aku merasakan, bagaimana keluarga sangat berpengaruh terhadap cara pandang ku ataupun sikapku. Sama seperti pepatah, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," seolah-olah anak yang berasal dari keluarga yang cukup rumit, selamanya pun akan rumit. Sulit menghadapi perkataan perkataan yang berasal dari mulut seorang yang mudah dikabulkan doanya, ibu. Perkataan buruk seorang ibu seperti kutukan bagi seorang anak, itu yang dirasakan Sukma dari cerita-cerita yang ia perdengarkan kepada ku.Â
Lebih dari itu, Sukma sadar kutukan itu masih bisa terlepas darinya jika ia turut berdoa baik untuk dirinya sendiri aldan keluarganya.Â