Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Algoritma Kebiasaan

30 Januari 2023   14:24 Diperbarui: 30 Januari 2023   14:29 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alma sadar, jika ia menuruti kemauannya untuk boros, jalan-jalan, belanja semaunya dan sebagainya maka ia akan selalu merasa kekurangan karena tidak merasa cukup. Sebaliknya jika Alma membatasi diri, mengontrol diri ia akan merasa cukup. 

Karena nafsu, jika diladeni akan semakin menjadi, maka perlu ditekan agar bisa dikendalikan bukan mengendalikan.

"Tapi, Al, sesekali nggak apa-apa kali, hitung-hitung self reward buat diri sendiri," ungkap Sukma kemudian.

"Self reward baiknya juga yang berguna jangka panjang sih menurutku, kalau jalan-jalan, senangnya cuma sementara, apalagi kita hidup di kota biayanya nggak main-main," ucap Alma menimpali, sanggahannya semakin membuat wajah Sukma tertekuk. 

"Huft, baru kali ini aku ketemu orang kayak kamu, Al," tuturnya, kemudian menyimpan buku di rak.

"Sebenarnya aku bisa aja nemenin kamu jalan-jalan, Sukma, tapi yah kalau bisa jangan sampai keluarin budget dan jalan-jalannya jangan kelamaan, bikin capek soalnya heheh," balas Alma, membuat Sukma mencibir dalam diam.

"Sorry Al, Sukma, boleh gabung?" Interupsi seseorang dari arah belakang Alma menghentikan mulut Alma yang hendak berbicara. 

Alma mengenal suara itu, dan dari mimik wajah Sukma, sepertinya memang benar, bahwa yang mendatangi mereka adalah si ketua tingkat; Alam. 

"Eh, kok bisa disini, Lam?" tanya Sukma, memecah keheningan yang terjadi beberapa detik. 

"Pertanyaan mu basa-basi banget deh, Sukma," balas Alam, membuat Alma cekikikan dalam diam. Sukma mendelik, merevisi pertanyaan.

"Maksudku, kok bisa... Kenapa ketempat kami, kan banyak tempat lain," ujar Sukma, menghentikan Alam yang hendak duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun