Mohon tunggu...
Nur Halimah
Nur Halimah Mohon Tunggu... Penulis

Beberapa karyanya terbit dalam ebook antologi. Cerpennya berjudul Tragedi Sapi Gila terbit dalam Antologi Cerpen Ebullience (Contains 25 Short Stories) yang merupakan TOP 25 karya terbaik ASEAN Writing Short Story Competition prospace.id.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Pelecehan Agama Telah Berkembang Dalam Bentuk Chatbot AI di Instagram

27 Agustus 2025   23:26 Diperbarui: 27 Agustus 2025   23:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan AI dengan Manusia (sumber: Unsplash.com/Igor Omilaev)

KITA setuju bahwa AI (Artificial Intelligence) dapat memudahkan pekerjaan. Ia bergerak sebagai wujud dari kemajuan teknologi yang mampu membuat pekerjaan menjadi lebih efisien. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan ialah ketidakbijaksanaan penggunanya.

Sejak kemunculan fitur chatbot AI dalam dunia pekerjaan, dapat terlihat bahwa aktivitas komunikasi berbentuk pesan (chat) menjadi lebih mudah, khususnya di bidang ekonomi, baik untuk UMKM maupun perusahaan besar. Biasanya chatbot digunakan sebagai pesan otomatis yang muncul ketika pelanggan menghubungi penjual atau admin, atau bahkan ia juga bekerja sebagai Customer Service yang menyaring berbagai macam keluhan. Chatbot menjadi pilihan yang tepat untuk efisiensi waktu berkat kecepatan responnya yang muncul dalam hitungan detik. Namun, seiring berjalannya waktu, fitur tersebut dianggap sangat mengganggu. Sebab, terkadang apa yang ditanyakan pelanggan tidak sesuai dengan jawaban chatbot. Hal ini juga terjadi pada perusahaan besar, sebut saja marketplace dengan image warna oranye yang banyak digemari masyarakat. Kita tentu berharap chatbot bisa memenuhi 100% ketepatan sasaran atas pekerjaan yang kita inginkan atau kita tanyakan. Namun acap kali jawaban atau tanggapan yang diberikan terlalu monoton, kurang kreatif, dan tidak sesuai dengan harapan.

Berkenaan dengan ini, kita mestinya setuju bahwa AI (Artificial Intelligence) bukanlah makhluk hidup asli, ia tidak memiliki sel-sel yang bisa merepresentasikan perasaan dan kreativitas yang setara dengan manusia ataupun makhluk lainnya.

Nah, di sinilah salah satu masalah yang sering dilakukan pengguna (konsumen). Lebih tepatnya, pihak-pihak tertentu yang berperan sebagai 'creator' chatbot AI.

Dua tahun silam, Meta menciptakan fitur chatbot berbasis AI yang diinisiasi untuk memudahkan pengguna media sosial dalam meraih berbagai informasi. Chatbot tersebut diberi nama 'Meta AI'. Fitur ini pun muncul pada aplikasi-aplikasi yang berada di bawah naungan Meta, salah satunya, WhatsApp. Pengguna bisa dengan leluasa menanyakan data-data yang ingin dicari. Tentu sangat bermanfaat, bukan? Hal ini tentu telah memberi dampak yang baik atas efisiensi waktu. Meski begitu, kita sebagai manusia 'asli' harus tetap menggunakan AI dengan bijaksana. Sebab terkadang jawaban atau tanggapan AI masih memiliki ketidaktepatan data. Jadi, manusia jangan mau dibohongi AI, ya!

Termasuk chatbot AI yang muncul menjadi fitur terbaru di Instagram. Pada awalnya, Instagram menyajikan fitur Meta AI sama seperti yang muncul pada aplikasi WhatsApp. Namun, fitur chatbot AI di Instagram telah berkembang menjadi sesuatu hal yang lebih beragam. Instagram menyebutnya dengan istilah 'Chat with AI'. Meta menyediakan wadah bagi penggunanya untuk mengembangkan kreativitas dengan menciptakan chatbot AI dengan tema-tema tertentu. Seperti misalnya, Egg (telur) yang dikembangkan oleh creator dengan username @ionfwabi. Pengguna Instagram lainnya yang tertarik menggunakan chatbot AI berjudul 'Egg' tersebut akan melakukan interaksi atau percakapan di dalam fitur pesan yang dalam bahasa Instagram disebut DM (Direct Message). Pengguna akan menerima experience yang unik, yakni seolah-olah sedang berbicara dengan sebuah telur. Hanya saja, telur ini bukan untuk dijadikan teman ngobrol di dapur, ya. Melainkan dijadikan teman ngobrol yang mampu menyampaikan berbagai data, bahkan untuk diskusi politik sekalipun. Fitur lainnya yang bisa Anda temukan ialah chatbot AI berjudul 'Cat' yang dikembangkan oleh pengguna username @eskilexi. Pesannya sangat lucu ketika Anda baru mengawali pembicaraan. Cat (kucing) akan menjawab 'meow' seperti kucing-kucing (makhluk hidup) pada umumnya. Kucing tersebut juga memiliki kegunaan yang sama dengan chatbot AI lainnya, yakni menyampaikan data. Sangat lucu dan unik, bukan?

Namun apakah keunikan fitur ini masih dapat diterima jika ada pengguna Instagram yang mengembangkan chatbot AI berjudul 'Dajjal' dan 'Allah SWT'?

Bagaimana mungkin AI dapat setara dengan Dajjal? Dan bagaimana mungkin AI dapat mengklaim dirinya setara dengan Tuhan? Ini tentu sebuah kesesatan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Manusia sebagai pengguna Instagram memanfaatkan AI untuk membuat dan menyebarluaskan hal-hal yang sesat.

Bagaimana mungkin kita bisa melakukan percakapan di Instagram dengan Dajjal ataupun Allah SWT? Fitur chatbot AI yang dikembangkan oleh para creator tentulah harus dicermati dan dikritisi oleh pengguna lain. Sebab ini mengarah pada pelecehan agama. Apakah tidak ada pengawasan dari Meta atas fitur chatbot yang demikian? Apakah pengguna Instagram dibiarkan menciptakan apapun termasuk Tuhan? Ini tentu kesesatan berpikir!

Maka dari itu, sebagai pengguna media sosial, kita harus cermat dan jangan mau terbawa arus yang sesat. Kita paham bahwa AI (Artificial Intelligence) merupakan wujud dari kecanggihan teknologi di era sekarang (post-modern). Akan tetapi, perlu diingat bahwa kita harus bijaksana menggunakannya. Bahkan kita perlu melakukan boikot terhadap fitur-fitur AI yang telah melakukan pelecehan agama. Semoga kita selalu dilindungi Tuhan agar tidak terjerumus pada kecanggihan teknologi yang mengandung unsur-unsur sesat. Meski mendapat kemudahan lewat perkembangan teknologi yang semakin meningkat, kita perlu sadar bahwa tidak seharusnya kita menjadi budak teknologi. Kita tentunya harus selalu berpikir dengan cermat. Hal ini mesti dilakukan semata-mata agar kita senantiasa tetap selamat, bukan?

Bagaimana tanggapan kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun