Mohon tunggu...
nurfadhilah rauf
nurfadhilah rauf Mohon Tunggu... Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Licensed Promotor STIFIn Family

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fortifikasi Pangan dan Perlindungan Sosial: Duet Maut Lawan Gizi Buruk

15 April 2025   11:48 Diperbarui: 15 April 2025   11:48 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi AI generated

Masih banyak anak Indonesia yang stunting atau anemia, padahal makan tiap hari. Kok bisa? Ya bisa dong, karena gizi itu bukan soal kenyang, tapi soal kualitas.

Masalah Gizi Kita Serius, Tapi Bisa Diatasi

Menurut Riskesdas 2018:

  • 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting

  • Hampir setengah ibu hamil mengalami anemia

  • Banyak remaja dan pekerja juga kekurangan zat besi, yodium, dan vitamin A

Gizi buruk ini bukan cuma bikin tubuh lemah, tapi juga berdampak ke prestasi belajar, produktivitas kerja, dan kualitas hidup. Kalau dibiarkan, ini jadi bom waktu buat masa depan bangsa.

Fortifikasi Itu Apa Sih?

Fortifikasi = menambahkan zat gizi penting ke makanan pokok. Misalnya:

  • Garam + yodium cegah gondok & gangguan otak

  • Tepung + zat besi lawan anemia

  • Minyak + vitamin A cegah rabun & infeksi

Intinya, semua orang makan garam, minyak, tepung---jadi semua bisa kecipratan manfaatnya. Nggak harus mahal, tapi efeknya dahsyat!

Kebijakan Itu Penting, Biar Merata

Fortifikasi di Indonesia sebenarnya sudah wajib lewat aturan BPOM. Tapi realitanya, masih banyak produsen yang belum comply. Nah, di sinilah peran pembuat kebijakan krusial banget:

  • Perlu pengawasan ketat

  • Perlu insentif buat produsen yang patuh

  • Perlu edukasi ke masyarakat biar tahu pentingnya makanan fortifikasi

Negara lain kayak Afrika Selatan dan Meksiko udah buktiin bahwa fortifikasi bisa nurunin angka anemia dan stunting drastis. Kita juga bisa kok!

Social Protection: Pelengkap yang Nggak Kalah Penting

Fortifikasi tanpa proteksi sosial tuh kayak makan nasi doang tanpa lauk---nggak kenyang!

Makanya program seperti:

  • BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai)

  • Program Sembako

  • PKH (Program Keluarga Harapan)

bisa banget jadi saluran distribusi pangan fortifikasi ke kelompok rentan. Bayangin BPNT kasih minyak ber-vitamin A dan tepung berzat besi. Mantap, kan?

Efek Nyata di Dunia Nyata

Data dari Global Fortification Data Exchange (GFDE) menunjukkan:

  • Fortifikasi bisa nurunin defisiensi mikronutrien sampai 40% dalam waktu 5--10 tahun

  • Di Indonesia, anak yang konsumsi pangan fortifikasi punya risiko anemia 2x lebih rendah

Udah terbukti. Tinggal dijalanin serius dan menyeluruh.

Aspek Advokasi & Kebijakan: Gizi Harus Masuk Agenda Politik!

Perubahan sistemik butuh dukungan kebijakan publik. Artinya, kita butuh:

  • Komitmen pemerintah pusat & daerah untuk memasukkan fortifikasi ke dalam Rencana Aksi Daerah Gizi.

  • Regulasi yang jelas & kuat agar produsen tidak bisa "ogah-ogahan" soal fortifikasi.

  • Kolaborasi lintas sektor: Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Dinas Perdagangan, bahkan LSM dan akademisi, harus kerja bareng.

  • Kampanye publik yang cerdas -- karena tanpa dukungan masyarakat, kebijakan bagus pun bisa mandek.

Advokasi ke pembuat kebijakan sangat penting. Kita perlu angkat suara, mendorong RUU Gizi atau revisi peraturan agar fortifikasi pangan benar-benar diwajibkan dan diterapkan menyeluruh --- bukan hanya di atas kertas.

Penutup: Gizi Itu Hak, Bukan Privilege

Fortifikasi dan social protection itu strategi pintar yang murah, massal, dan merata. "Kita nggak perlu nunggu semua orang bisa beli salmon. Tapi semua anak Indonesia wajib bebas anemia."

Yuk, dukung kebijakan fortifikasi pangan dan proteksi sosial! Gizi bukan sekadar urusan dapur---ini soal masa depan bangsa, dan kita semua bisa ambil bagian. #GiziUntukSemua

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun