Sebagai contoh, orangtua narsistik memaksakan anaknya untuk mendapatkan nilai A di ujian dan jika anaknya tidak bisa maka orangtua ini akan merendahkan anaknya karena takut tidak mendapat pujian dari orang lain.Â
5. Memiliki ekspektasi terlalu tinggi pada anak. Karakter narsistik ini ingin selalu terlihat lebih unggul dari pada orang lain. Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi tidak baik untuk perkembangan anak mereka.Â
Orangtua narsistik selalu memamerkan pencapaian anaknya dan memaksa anaknya untuk bisa melebihi ekspektasi demi kebanggaan si orangtua.Â
Dampak dari pola asuh narsistik ini mengakibatkan anak cenderung kaku kepada orangtua.Â
Orangtua narsistik terlalu bersikap keras jika anak berbuat salah. Selain itu, orangtua tidak memahami perasaan anak dan rendahnya empati kepada anak.Â
Dampak dari pola asuh narsistik akan berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak sehingga anak akan memiliki karakter yang mudah menyalahkan diri sendiri, kurang bisa membangun hubungan dengan orang lain, kurang memiliki kepercayaan diri, mengalami gangguan kecemasan atau stress dan ikut mengembangkan perilaku narsistik.Â
Perilaku anak adalah cerminan orangtuaÂ
Jangan sampai anak meniru karakter buruk dari orangtuanya.
Lalu sebaiknya bagaimana pola asuh anak itu?
Calon orangtua harus belajar parenting dengan benar terlebih dahulu dan terapkanlah pola asuh positif pada anak.Â
Pengasuhan positif didasarkan atas kasih sayang, saling menghargai dan perlindungan hak anak sehingga terbangun hubungan hangat dan dapat menstimulasi tumbuh kembang anak secara optimal.Â
Sebagai orangtua terapkanlah prinsip suportif dan menyenangkan pada anak. Jika anak berbuat salah maka nasehatilah dengan baik tanpa marah-marah pada si anak.Â