Mohon tunggu...
Nuraeny Hamid
Nuraeny Hamid Mohon Tunggu... Apoteker - Nuwi

Pharmacist, pengajar dan Ibu dari satu putra. Jatuh cinta dengan dunia literasi untuk terus bisa memanfaatkan diri tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apis & Kupi (Syukur)

16 Mei 2022   08:50 Diperbarui: 16 Mei 2022   08:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu pagi di sebuah taman. Seekor lebah madu bernama Apis Mellifera tengah asik memperhatikan seekor kupu-kupu bernama Kupi. Kupi mempunyai sayap yang begitu cantik, perpaduan warna biru, merah muda dan kuning, terlihat cerah ketika cahaya matahari pagi mengenai permukaan sayapnya. Ia hinggap dari satu bunga ke bunga berikutnya untuk mencari nektar.

"Kamu begitu cantik, Kupi. Itulah kenapa banyak yang menyukaimu dari pada aku" ujar Apis dengan raut wajah sedih. "Sementara aku? Baru mendengar dengunganku saja mereka takut," lanjutnya.

Mendengar Apis memujinya, Kupi tersenyum lalu berkata, "iyaa, aku memang cantik, sayapku juga indah, tapi, sayang, aku tidak sekuat kamu, Apis." Kupi terbang mendekati Apis. Dengan senyum mengembang Kupi membuka sayapnya, kemudian direntangkan selebar mungkin. "Mana sayapmu? Coba bentangkan dan lihatlah!" titah Kupi.

Dengan perasaan rendah diri, perlahan Apis membentangkan sayap kecilnya. Dia membandingkan sayap miliknya dengan Kupi. Ia baru tahu, kalau sayap Kupi begitu tipis, bahkan transparan. Sementara sayapnya meskipun kecil, tapi, kuat dan lebih tebal. Kemudian Kupi terbang menjauh, pindah ke bunga di pohon lain.

"Apis, sini!" panggil Kupi.

'Nguuugg ...! plekk!'


Apis terbang kemudian hinggap di atas kuntum bunga dekat Kupi.

"Kamu terbang cepat sekali, Apis!" seru Kupi.

Sejenak Apis terdiam, lagi-lagi ia baru menyadari kalau dengungan yang ditimbulkan ketika ia terbang adalah efek dari kecepatan gerak dari sayap-sayapnya.

"Iya, ratuku bilang, kecepatan gerak sayapku 200 kepakan per detik. Aku bisa terbang 25 km/jam," kata Apis seraya kembali terbang memperlihatkan kecepatan kepakan sayapnya kepada Kupi.

"Woow! Hebat, Apis! Sayapku bisa robek kalau begitu," ujar Kupi kagum sambil mendekat dan menyentuh sayap Apis. "Dengan sayapmu ini, kamu bisa terbang jauh loh, sedangkan aku? Aku hanya mampu terbang dekat-dekat saja. Lagi pula, pandanganku hanya bisa 3 hingga 4 meter jauhnya, sensorku juga lebih dari itu tidak bisa bekerja," lanjut Kupi.

Apis terdiam lagi, ia baru tahu ternyata di balik fisiknya yang bagus dan cantik, Kupi tidak lebih baik darinya.

"Ratuku juga bilang, kalau radarku canggih. Aku mempunyai sekitar 170 reseptor untuk menemukan sumber makanan terbaik untuk membuat madu." Apis menunjuk ke antena yang terpasang di kepalanya.

"Tuh, kan. Kamu itu keren, Apis!" Kupi menepuk pundak Apis.

"Tapi, aku ingin sesekali bermain dengan makhluk lainya seperti kamu. Kamu bisa kejar-kejaran dengan kucing, manusia atau yang lainnya. Itu membuat mereka senang berada di sampingmu. Sedangkan aku?" Apis mengatupkan mulut. Bibirnya dibuat datar, kemudian tertunduk.

Apis teringat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia menari waggle dance  --tarian untuk memberi tahu lebah lain di mana tempat yang banyak terdapat serbuk sari bunga dan nektar-- di depan sarang. Ada anak-anak yang melempari sarang dengan batu. 

Hal itu membuat lebah dewasa marah kemudian memburu anak-anak nakal itu untuk diberi pelajaran dengan memberi mereka sengatan yang menyakitkan. Sementara, untuk lebah madu pekerja yang sudah melepaskan sengatannya, akan langsung mati. Berbeda dengan lebah madu jantan, mereka tidak menyengat, sedangkan ratu lebah madu masih bisa hidup setelah selesai menyengat.

Tak lama berselang, setelah teman-teman koloni Apis menyerang anak-anak nakal itu, sekelompok manusia yang marah balik menyerang ke sarang lebah tempat Apis dan koloninya tinggal. Mereka menyemprot sarang menggunakan pembasmi serangga hingga membuat ratu lebah dan ratusan lebah pekerja mati. Kejadian itu membuat Apis sedih, merasa kalau keberadaan lebah tidak diinginkan manusia.

"Iya, sih. Aku memang bahagia bisa bermain dengan banyak makhluk. Tapi, kalau tidak hati-hati, banyak dari kita yang justru mati karena sayap kita yang rapuh. Tidak seperti kalian, bisa bertempur dulu sebelum mati," kata Kupi sambil tersenyum.

Lagi-lagi Apis hanya bisa terdiam, ia menatap Kupi yang terbang dengan bahagia kemudian hinggap di tanah lembab untuk menyedot butiran lumpur yang banyak mengandung mineral dan garam yang dibutuhkan tubuhnya.

"Apa kamu bahagia dengan hidupmu?" tanya Apis yang terbang mendekati Kupi.

"Tentu saja, aku bahagia dengan hidupku. Meskipun usiaku hanya 4 minggu paling lama," jawab Kupi santai.

"Hidupku singkat, hanya untuk makan dan bereproduksi kemudian mati, selesai!" lanjut Kupi. Ia kembali terbang, hinggap di beberapa bunga lain, kemudian kakinya mengecek keberadaan nektar dan mencicipinya.

"Kamu tidak makan?" tanya Kupi yang sibuk menikmati makanannya.

Apis menggelengkan kepala dengan senyum tipis.

"Hidupmu jauh lebih baik dari aku, Apis. Usiamu panjang, bisa sampai 20 minggu, loh. Dan selama itu, kamu dan kolonimu terus bekerja membuat madu 'kan?" Kupi menyodorkan bunga yang sudah ia pastikan mengandung banyak nektar. Namun, Apis kembali menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu, madu hasil kerja kalian itu bermanfaat banyak untuk manusia. Sementara aku? Apa yang aku hasilkan setelah aku mati? Tidak ada!" lanjut Kupi.

"Apakah kamu mau hidup seperti aku? Yang cantik, disukai banyak makhluk, tapi ...." Kupi tidak melanjutkan kalimatnya.

Apis terdiam, ia baru menyadari kalau selama ini ia hanya mengeluhkan satu hal, tidak disukai karena penampilannya yang tidak secantik Kupi si kupu-kupu. Namun, ia lupa, bahwa di dalam dirinya sudah memiliki begitu banyak hal yang hebat sebagai makhluk Tuhan.

"Kupi, terima kasih ...," kata Apis dengan suara lemah sambil menundukan kepalanya.

"Hmmm ...?" Kupi menoleh ke arah Apis.

"Terima kasih sudah mengingatkanku untuk bersyukur, aku juga tidak seburuk yang aku kira," ucap Apis dengan mata berkaca-kaca. Betapa malunya ia terhadap Kupi. Kupi yang memiliki banyak kekurangan dibandingkan dirinya, tapi, tidak sedikitpun mengeluh, malah Kupi bahagia dengan hidupnya.

"Hehehe, sama-sama, Apis." Kupi memeluk Apis.

"Aku janji, akan bahagia dengan hidup yang aku miliki!" janji Apis dengan mata berbinar. Kupi mengacungkan tanganya sebagai tanda setuju.

"Kupi, yuk, kita ke tempat lain! akan aku tunjukan di mana nektar terlezat," ajak Apis sambil terbang.

"Yeeayy! Asiik! Tapi, tunggu! terbangnya jangan terlalu cepat, Apis!" teriak Kupi.

"Hahahaa! Iya, ayo  dong, terbangnya lebih cepat!" seru Apis yang sudah jauh terbang di depan. Ia  membalikan tubuhnya, terbang di tempat, menunggu Kupi mendekat padanya. Dua sahabat itupun terbang dan tertawa bersama, menuju taman bunga yang lain.

***

Garut, 7 April 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun