Mohon tunggu...
Nuraeny Hamid
Nuraeny Hamid Mohon Tunggu... Apoteker - Nuwi

Pharmacist, pengajar dan Ibu dari satu putra. Jatuh cinta dengan dunia literasi untuk terus bisa memanfaatkan diri tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apis & Kupi (Syukur)

16 Mei 2022   08:50 Diperbarui: 16 Mei 2022   08:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apis terdiam lagi, ia baru tahu ternyata di balik fisiknya yang bagus dan cantik, Kupi tidak lebih baik darinya.

"Ratuku juga bilang, kalau radarku canggih. Aku mempunyai sekitar 170 reseptor untuk menemukan sumber makanan terbaik untuk membuat madu." Apis menunjuk ke antena yang terpasang di kepalanya.

"Tuh, kan. Kamu itu keren, Apis!" Kupi menepuk pundak Apis.

"Tapi, aku ingin sesekali bermain dengan makhluk lainya seperti kamu. Kamu bisa kejar-kejaran dengan kucing, manusia atau yang lainnya. Itu membuat mereka senang berada di sampingmu. Sedangkan aku?" Apis mengatupkan mulut. Bibirnya dibuat datar, kemudian tertunduk.

Apis teringat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia menari waggle dance  --tarian untuk memberi tahu lebah lain di mana tempat yang banyak terdapat serbuk sari bunga dan nektar-- di depan sarang. Ada anak-anak yang melempari sarang dengan batu. 

Hal itu membuat lebah dewasa marah kemudian memburu anak-anak nakal itu untuk diberi pelajaran dengan memberi mereka sengatan yang menyakitkan. Sementara, untuk lebah madu pekerja yang sudah melepaskan sengatannya, akan langsung mati. Berbeda dengan lebah madu jantan, mereka tidak menyengat, sedangkan ratu lebah madu masih bisa hidup setelah selesai menyengat.

Tak lama berselang, setelah teman-teman koloni Apis menyerang anak-anak nakal itu, sekelompok manusia yang marah balik menyerang ke sarang lebah tempat Apis dan koloninya tinggal. Mereka menyemprot sarang menggunakan pembasmi serangga hingga membuat ratu lebah dan ratusan lebah pekerja mati. Kejadian itu membuat Apis sedih, merasa kalau keberadaan lebah tidak diinginkan manusia.

"Iya, sih. Aku memang bahagia bisa bermain dengan banyak makhluk. Tapi, kalau tidak hati-hati, banyak dari kita yang justru mati karena sayap kita yang rapuh. Tidak seperti kalian, bisa bertempur dulu sebelum mati," kata Kupi sambil tersenyum.

Lagi-lagi Apis hanya bisa terdiam, ia menatap Kupi yang terbang dengan bahagia kemudian hinggap di tanah lembab untuk menyedot butiran lumpur yang banyak mengandung mineral dan garam yang dibutuhkan tubuhnya.

"Apa kamu bahagia dengan hidupmu?" tanya Apis yang terbang mendekati Kupi.

"Tentu saja, aku bahagia dengan hidupku. Meskipun usiaku hanya 4 minggu paling lama," jawab Kupi santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun