Di sudut lain tepatnya di pintu menuju dapur rumah cat ungu tersebut, terlihat sepasang mata sedang mengawasi mereka. Mata yang berbinar dan penasaran tersebut sudah mengamati sejak tadi, saat pertama kali Mba Pion melangkahkan kaki memasuki rumah Mbah Minah.
Setelah melakukan foto bersama, Mba Pion pamit undur diri. Ia mencium tangan Mbah Minah, fotografer pun sigap mengambil gambar.
"Pak, nanti kita mampir Rumah Makan di desa sebelah ya. Saya lapar. Kegiatan tadi benar-benar menguras energi." ucap Pion sesampainya di mobil merah yang dari tadi terpakir di depan halaman Mbah Minah.
"Bukannya Mba Pion tadi sudah makan?"
"Sudahlah, jangan banyak tanya.Jalankan saja tugas Bapak."
"Baik Mba!"
***
Setelah Mba Pion keluar dari rumah Mbah Minah dan kemudian melambaikan tangan, seorang anak usia belasan memasuki ruang tamu. Ia dengan matanya yang masih penasaran segera menyerbu neneknya.
"Mbah, tadi itu Mba Pion ya?"
"Iya, Nang"
"Kok beda ya Mbah sama yang difoto-foto."
"Beda pripun, Nang?"