Mohon tunggu...
Nur Faizah
Nur Faizah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 SANGKAPURA

Menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme Survival Warga Bendul Merisi 12 dalam Bertahan Hidup di Kota Surabaya

19 Oktober 2022   11:09 Diperbarui: 19 Oktober 2022   11:48 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Walau bagaimanapun caranya, saya akan tetap berusaha menyekolahkan anak-anak saya sehingga cita-cita yang diidam-idamkan selama ini bisa tercapai". Kata-kata itulah yang keluar dari mulut informan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun informan masih memiliki kesadaran akan dunia pendidikan yang sangat penting di zaman yang semakin maju ini.

Lain halnya dengan informan yang lain yaitu bapak Maulana, beliau adalah pensiunan pelatih bulu tangkis, beliau berasal dari Nganjuk, beliau pertama kali ke Surabaya untuk mencari pekerjaan, dengan kemampuan beliau bisa bermain bulu tangkis ternyata beliau bekerja sebagai pelatih bulu tangkis, tetapi dengan umur yang tidaklah muda lagi beliau pensiun dan bekerja serabutan di Surabaya, akhirnya beliau tinggal di bantaran rel kereta api dengan bekerja serabutan, beliau pernah bekerja sebagai pegawai PT. Kereta api dan bekerja pegawai swasta, dengan pekerjaan tersebut Bapak Maulana dan keluarganya dapat bertahan hidup di Surabaya.

Dan sekarang kehidupan beliau hanyalah seorang mantan pelatih bulu tangkis karena usia yang telah tua dan hanya bisa duduk dan berjalan-jalan di sekitar rumah, sekarang beliau hanya mengandalkan anaknnya yang bekerja untuk kehidupan sehari-harinya. meskipun keadaan ekonomi yang tidak begitu bagus beliau dapat menyekolahkan anaknya sampak ke perguruan tinggi bahkan ada anaknya yang kuliah di UNESA dan sekarang telah lulus dan bekerja. 

Menurut beliau pendidikan yang utama untuk masa depan anaknya. Kehidupan beliau sekarang bisa dikatakan pas-pasan dan tidak pernah kekurangan karean kesehariannya beliau dan keluarganya bisa makan dengan tenang. Yang menjadi permasalah menurutnya adanya isu tentang penggusuran yang akan dilayangkan oleh pihak PT. Kereta api terhadap perumahan kaum marjinal di sekitar bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya yang termasuk rumahnya sendiri.

Mengenai isu-isu tentang penggusuran terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran rel kereta api. Mereka semua sudah tahu tentang itu. Anehnya mereka tidak ada rasa untuk memberontak atau menolak akan kebijakan yang seperti itu. Mereka semua sadar bahwa tanah yang ditempati sekarang ini memang bukan hak mereka sepenuhnya. Kalaupun memang akan terjadi penggusuran sebagaimana isu-isu yang ada, mereka akan pergi dan akan menerimanya. 

Tetapi dari dalam diri masyarakat itu sendiri sebenarnya kalau ada yang mendukung untuk meminta ganti atas bangunannya, mereka mau menerima. Tetapi itupun kalau diganti rugi, kalaupun tidak diganti rugi mereka juga tidak apa-apa. . Dari sinilah terlihat bahwa masyarakat di bantaran rel kereta api ini hanyalah bisa menerima begitu saja tentang kebijakan-kebijakan yag seperti ini. Mereka yakin akan kebaikan mereka sendiri tanpa harus ada rasa penolakan yang hanya akan mempersulit keadaan itu.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun