Mohon tunggu...
Nur Faizah
Nur Faizah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 SANGKAPURA

Menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme Survival Warga Bendul Merisi 12 dalam Bertahan Hidup di Kota Surabaya

19 Oktober 2022   11:09 Diperbarui: 19 Oktober 2022   11:48 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Mekanisme Survival Warga Bendul Merisi Jaya 12 dalam Bertahan Hidup di Kota Surabaya "

 Urbanisasi merupakan salah satu proses dimana perpindahan ini dilakukan oleh masyarakata dari desa menuju ke kota dengan tujuan tertentu. Dalam proses urbanisasi ini, masyarakat yang berpindah ke kota ini terkadang juga tidak memiliki modal baik dari modal yang fisik maupun non fisik. Mereka hanya bermodalkan keberanian saja untuk bergelut nasib di kota yang menurut mereka kota tersebut memberikan banyak lapangan pekerjaan daripada di desa.

Masyarakat atau kaum urban ini terkadang tidak memikirkan akan dampak yang negatif bagi dirinya sendiri. mereka hanya berfikir bahwa mereka akan mendapatkan suatu pekerjaan yang cocok dan baik sehingga bisa mengubah kehidupan mereka sendiri. padahal faktanya adalah kalau di zaman sekarang tidak memiliki skill atau keahlian yang cukup di kota, mereka akan banyak yang tidak bisa survival bertempat tinggal di kota. 

Akhirnya, banyak yang akan bertempat tinggal di kolong jembatan, dan juga bertempat tinggal dipermukiman kumuh agar mereka bisa hidup di kota metropolitan ini. Yang ada dibenak mereka hanyalah kehidupan yang memberikan kenyaman karena mereka sudah bisa hidup di kota.

Dari informan yang kami wawancarai, informan tersebut terdorong berpindah dari desa ke kota karena informan ingin mengubah hidup keluarganya yang selama hidup di desa tidak bisa berubah-rubah. Informan yang kami wawancarai ini berasal dari bojonegoro dan melakukan urbanisasi ke kota Surabaya bersama dengan keluarganya. Makanya informan bersama suaminya berinisiatif untuk mengubah nasib hidupnya sekalipun mereka berdua tidak memiliki modal apapun dalam kehidupannya. Mereka hanya bermodal dengkul dan bermodal fisik yang yakin akan kehidupan mereka bisa berubah di kota. 

Awalnya informan bersama keluarga dan suaminya pergi ke kota. Mereka merasa kebingungan untuk bertempat tinggal dimana. Dan akhirnya mereka mencari kos yang sekiranya murah dan bisa menampung mereka dalam beberapa hari sampai mereka mendapatkan pekerjaan dan tempat yang layak untuk mereka tinggal. 


Awal mereka tinggal di Surabaya, mereka berdua hanyalah bekerja sebagai buruh kecil saja yang gajinya juga tidak terlalu banyak. Sampai beberapa bulan lamanya, akhirnya mereka juga bisa bertempat disalah satu kos yang bisa dikatakan layak dengan hasil dari gaji dan pendapatan yang dikumpulkan oleh mereka berdua.

Informan juga berkata bahwa sekarang kehidupan informan sudah baik daripada yang sebelumnya. Sekarang informan bersama suaminya bekerja sebagai pengisian air isi ulang aqua di kawasan ketintang baru gang 9. Dan sekarang juga mereka sudah memiliki toko sendiri air isi ulang. 

Dari hasil pengisian isi ulang tadi bisa memenuhi kebutuhan untuk memenuhi kehidupan keseharian mereka. Dan setelah beberapa tahun mereka tinggal dan bekerja di Surabaya, mereka sudah bisa membeli rumah sendiri dan sampai sekarang juga mereka merenovasi bangunan mereka semakin bagus dan terlihat nyaman. Informan juga memiliki dua anak yang keduanya sekarang menempuh dunia persekolahan. 

Anak pertama dari informan sedang menempuh kuliah di Unitomo dan yang satunya lagi sedang bersekolah di SMA Surabaya. Dari hasil wawancara informan, informan sadar akan ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya kelak walaupun sebenarnya kehidupan dari informan itu sendiri bisa dibilang berkecukupan hanya untuk kehidupan kesehariannya. 

Kalaupun hasil pendapatan yang dihasilkan dari kerjanya untuk ditabung, itupun hanya sedikit saja uangnya yang ditabung. Informan juga berkata seperti ini, "biarkan hidupku tidak berpenghasilan yang tepat dan bisa dikatakan juga masih ditaraf penghasil normal, asalkan anak-anak saya masih bisa menempuh dunia pendidikan sebagaimana mestinya. 

Walau bagaimanapun caranya, saya akan tetap berusaha menyekolahkan anak-anak saya sehingga cita-cita yang diidam-idamkan selama ini bisa tercapai". Kata-kata itulah yang keluar dari mulut informan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun informan masih memiliki kesadaran akan dunia pendidikan yang sangat penting di zaman yang semakin maju ini.

Lain halnya dengan informan yang lain yaitu bapak Maulana, beliau adalah pensiunan pelatih bulu tangkis, beliau berasal dari Nganjuk, beliau pertama kali ke Surabaya untuk mencari pekerjaan, dengan kemampuan beliau bisa bermain bulu tangkis ternyata beliau bekerja sebagai pelatih bulu tangkis, tetapi dengan umur yang tidaklah muda lagi beliau pensiun dan bekerja serabutan di Surabaya, akhirnya beliau tinggal di bantaran rel kereta api dengan bekerja serabutan, beliau pernah bekerja sebagai pegawai PT. Kereta api dan bekerja pegawai swasta, dengan pekerjaan tersebut Bapak Maulana dan keluarganya dapat bertahan hidup di Surabaya.

Dan sekarang kehidupan beliau hanyalah seorang mantan pelatih bulu tangkis karena usia yang telah tua dan hanya bisa duduk dan berjalan-jalan di sekitar rumah, sekarang beliau hanya mengandalkan anaknnya yang bekerja untuk kehidupan sehari-harinya. meskipun keadaan ekonomi yang tidak begitu bagus beliau dapat menyekolahkan anaknya sampak ke perguruan tinggi bahkan ada anaknya yang kuliah di UNESA dan sekarang telah lulus dan bekerja. 

Menurut beliau pendidikan yang utama untuk masa depan anaknya. Kehidupan beliau sekarang bisa dikatakan pas-pasan dan tidak pernah kekurangan karean kesehariannya beliau dan keluarganya bisa makan dengan tenang. Yang menjadi permasalah menurutnya adanya isu tentang penggusuran yang akan dilayangkan oleh pihak PT. Kereta api terhadap perumahan kaum marjinal di sekitar bantaran rel kereta api Wonokromo-Surabaya yang termasuk rumahnya sendiri.

Mengenai isu-isu tentang penggusuran terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran rel kereta api. Mereka semua sudah tahu tentang itu. Anehnya mereka tidak ada rasa untuk memberontak atau menolak akan kebijakan yang seperti itu. Mereka semua sadar bahwa tanah yang ditempati sekarang ini memang bukan hak mereka sepenuhnya. Kalaupun memang akan terjadi penggusuran sebagaimana isu-isu yang ada, mereka akan pergi dan akan menerimanya. 

Tetapi dari dalam diri masyarakat itu sendiri sebenarnya kalau ada yang mendukung untuk meminta ganti atas bangunannya, mereka mau menerima. Tetapi itupun kalau diganti rugi, kalaupun tidak diganti rugi mereka juga tidak apa-apa. . Dari sinilah terlihat bahwa masyarakat di bantaran rel kereta api ini hanyalah bisa menerima begitu saja tentang kebijakan-kebijakan yag seperti ini. Mereka yakin akan kebaikan mereka sendiri tanpa harus ada rasa penolakan yang hanya akan mempersulit keadaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun