Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni Mengajarkan Transisi Bagi Anak dengan Autisme

14 September 2025   09:16 Diperbarui: 14 September 2025   09:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajarkan transisi pada anak dengan autisme (Sumber: freepik)

Perubahan aktivitas sering kali menjadi tantangan besar bagi anak dengan autisme. Suasana yang tiba-tiba berubah bisa memicu kecemasan, tantrum, atau penolakan. 

Di sinilah seni mengajarkan transisi berperan penting, sebuah keterampilan yang bukan hanya membantu anak menyesuaikan diri, tetapi juga membangun kemandirian, rasa aman, dan kepercayaan diri dalam menghadapi setiap perubahan kecil maupun besar dalam hidupnya. 

Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan konsisten dari orang tua dan guru, transisi bisa menjadi jembatan menuju kehidupan yang lebih teratur dan tenang bagi anak serta bagi lingkungannya.

Mengapa Transisi Sulit bagi Anak dengan Autisme

Bagi anak dengan autisme, dunia yang stabil dan dapat diprediksi memberi rasa aman. Setiap perubahan dalam rutinitas, sekecil apa pun, dapat mengganggu rasa kontrol tersebut dan memicu reaksi emosional. 

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, anak autisme kerap mengalami kesulitan memproses instruksi verbal. Kalimat sederhana seperti “sebentar lagi kita selesai bermain” bisa tidak cukup jelas tanpa adanya dukungan visual. 

Kedua, tantangan dalam fungsi eksekutif membuat mereka sulit merencanakan, mengatur diri, dan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Ketiga, sensitivitas sensorik turut memperparah keadaan; suara bising, cahaya terang, atau tekstur baru bisa membuat perubahan terasa lebih menegangkan.

Di kelas reguler, misalnya, seorang anak bisa tampak gelisah ketika jam pelajaran berganti menjadi jam istirahat. Bagi guru dan teman-teman, perubahan ini hal biasa. Namun bagi anak autisme, tanpa petunjuk atau aba-aba, ia merasa kehilangan arah. 

Reaksinya bisa berupa diam, menolak, hingga tantrum. Fenomena ini menunjukkan bahwa kesulitan transisi bukanlah sikap keras kepala, melainkan respons alami akibat keterbatasan dalam mengelola perubahan.

Pentingnya Mengajarkan Transisi Sejak Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun