Dalam konteks inilah guru hadir sebagai garda depan. Tugas guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai. Anak-anak belajar bukan hanya dari buku, melainkan dari teladan yang mereka lihat setiap hari.
Guru yang jujur, disiplin, dan konsisten akan menjadi role model bagi muridnya. Sebaliknya, jika guru menunjukkan perilaku permisif terhadap ketidakjujuran, pesan itu akan tertanam kuat dalam diri siswa. Inilah mengapa peran guru sangat strategis dalam mencegah lahirnya generasi koruptor.
Sebagai contoh, ketika seorang guru menolak praktik contek-mencontek, ia sedang mengajarkan bahwa nilai kejujuran lebih berharga daripada nilai akademis semata.Â
Saat guru mengajak siswa untuk transparan dalam kegiatan kelas, ia sedang melatih budaya keterbukaan yang kelak akan mereka bawa dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Nilai-nilai inilah yang, meskipun tampak kecil, justru akan menjadi fondasi kokoh bagi generasi antikorupsi.
Strategi Pendidikan Antikorupsi di Ruang Kelas
Pendidikan antikorupsi sebenarnya bisa diintegrasikan dalam berbagai kegiatan di sekolah tanpa harus menunggu kurikulum khusus. Ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan guru:
Integrasi Nilai Antikorupsi dalam Mata Pelajaran
Guru dapat menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kesederhanaan dalam setiap pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa bisa diajak belajar dari tokoh bangsa yang berintegritas.Pembiasaan Praktik Nyata
Ujian tanpa pengawasan ketat bisa melatih kejujuran siswa. Transparansi dalam pengelolaan kas kelas dapat mengajarkan keterbukaan. Disiplin dalam mengumpulkan tugas melatih tanggung jawab.Metode Pembelajaran Kritis dan Reflektif
Guru bisa mengajak siswa mendiskusikan kasus-kasus nyata korupsi, menganalisis dampaknya, dan mencari solusi. Dari sini, mereka belajar membangun empati terhadap korban korupsi sekaligus memahami urgensi integritas.Memberi Teladan Konsistensi
Guru sendiri harus menjadi figur yang konsisten. Tidak hanya di kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Murid lebih cepat meniru perilaku nyata dibanding sekadar mendengar nasihat.