Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Orang Tua, dan Pemerintah: Tiga Pilar Pemutus Lahirnya Koruptor

6 September 2025   12:21 Diperbarui: 6 September 2025   12:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Anti Korupsi (Sumber: freepik/stockking)

Dalam konteks inilah guru hadir sebagai garda depan. Tugas guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai. Anak-anak belajar bukan hanya dari buku, melainkan dari teladan yang mereka lihat setiap hari.

Guru yang jujur, disiplin, dan konsisten akan menjadi role model bagi muridnya. Sebaliknya, jika guru menunjukkan perilaku permisif terhadap ketidakjujuran, pesan itu akan tertanam kuat dalam diri siswa. Inilah mengapa peran guru sangat strategis dalam mencegah lahirnya generasi koruptor.

Sebagai contoh, ketika seorang guru menolak praktik contek-mencontek, ia sedang mengajarkan bahwa nilai kejujuran lebih berharga daripada nilai akademis semata. 

Saat guru mengajak siswa untuk transparan dalam kegiatan kelas, ia sedang melatih budaya keterbukaan yang kelak akan mereka bawa dalam kehidupan bermasyarakat. 

Nilai-nilai inilah yang, meskipun tampak kecil, justru akan menjadi fondasi kokoh bagi generasi antikorupsi.

Strategi Pendidikan Antikorupsi di Ruang Kelas

Pendidikan antikorupsi sebenarnya bisa diintegrasikan dalam berbagai kegiatan di sekolah tanpa harus menunggu kurikulum khusus. Ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan guru:

  1. Integrasi Nilai Antikorupsi dalam Mata Pelajaran
    Guru dapat menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kesederhanaan dalam setiap pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa bisa diajak belajar dari tokoh bangsa yang berintegritas.

  2. Pembiasaan Praktik Nyata
    Ujian tanpa pengawasan ketat bisa melatih kejujuran siswa. Transparansi dalam pengelolaan kas kelas dapat mengajarkan keterbukaan. Disiplin dalam mengumpulkan tugas melatih tanggung jawab.

  3. Metode Pembelajaran Kritis dan Reflektif
    Guru bisa mengajak siswa mendiskusikan kasus-kasus nyata korupsi, menganalisis dampaknya, dan mencari solusi. Dari sini, mereka belajar membangun empati terhadap korban korupsi sekaligus memahami urgensi integritas.

  4. Memberi Teladan Konsistensi
    Guru sendiri harus menjadi figur yang konsisten. Tidak hanya di kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Murid lebih cepat meniru perilaku nyata dibanding sekadar mendengar nasihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun