Ketika jam tak lagi berdetak
tapi menghela napas panjang,
aku duduk bersama bayang
yang tak memilih tinggal,
tapi enggan benar-benar pergi.
Ada bisik dari lantai kayu,
seolah waktu menitikkan rahasia
ke celah-celah
yang dulu dipijak doa,
kini hanya gema langkah
yang tak tahu arah pulang.
Langit mengatup,
tapi bukan karena malam,
melainkan karena seseorang lupa
membuka jendela dalam dadanya sendiri.
Lewat tengah malam,
aku menjahit ulang luka
dengan benang yang kutarik
dari mimpi-mimpi yang sudah layu,
tapi belum kubuang
karena baunya masih seperti harap.
Cahaya tak datang dari lampu,
tapi dari jeda di antara helaan,
yang tak menginginkan terang,
hanya ingin dipahami
meski sekali.
Dan jika esok menjemput
dengan wajah asing,
aku akan tetap melangkah,
berbekal sunyi yang sudah kupelajari
dalam gelas kosong
yang tak pernah benar-benar kering.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI