Cinta bukan kembang api
yang sekali pijar lalu padam dalam abu sorak,
ia adalah bara
yang tak menyala-nyala,
tapi tak pernah pergi dari dada.
Ia tak datang membawa trompet
atau wajah yang memahat waktu,
melainkan angin
yang menyibak debu lelah
dan berkata: “Pulanglah, aku di sini.”
Tak selalu bersayap
atau bersayap pun tak selalu terbang,
kadang hanya duduk diam
di seberang luka yang kau tutupi
dan tak bertanya satu pun alasanmu menangis.
Ia bukan cermin yang menuntut simetri,
tapi jendela
yang membiarkanmu tetap menjadi dirimu,
meski langit di luar kadang murung.
Cinta bukan tangan yang menggenggam untuk menggenggam,
tapi tangan yang terbuka
bahkan saat tak diminta,
dan tak memaksa tetap digenggam.
Ia tak menagih peran utama
dalam naskah hidupmu,
cukup menjadi halaman yang tak pernah usang
meski jarang dibaca.
Begitulan cara cinta bekerja:
tanpa tepuk tangan,
tanpa panggung,
namun selalu ada,
di sela sunyi
yang kau rahasiakan dari dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI